Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Takziah Kepada Shahibul Musibah

    Takziah Kepada Keluarga Almarhumah Ibu Hj. Lathifah Pacitan 

azahri.com ~ Mengambil  dari beberapa kamus, kata takziyah (التَّعْزِيَةُ) itu berasal dari kata Al-‘Azaa`( العَزَاءُ ) yang berarti meninggikan, maksudnya  meninggikan mental orang yang ditimpa musibah agar bersabar dan kuat menghadapi ujian. Sedangkan menurut Al-Imam An-Nawawy dalam Kitab Al-Adzkar, Takziah

 واعلم أن التعزية هي التصبير، وذكر ما يسلّي صاحب الميت، ويخفّف حزنه، ويهوّن مصيبته،

artinya menghibur shahibul mayit (keluarga mayit), mengurangi kesedihannya dan meringankan bebannya.

Berdasarkan kesepakatan para ulama takziah hukumnya adalah sunnah. Sabda Rasulullah Saw.

مَنْ عَزَّى مُصَابًا فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ

Barangsiapa yang bertakziah kepada orang yang tertimpa musibah, maka baginya pahala seperti pahala yang didapat orang tersebut. [HR Tirmidzi 2/268) .

Juga sebuah hadis  yang dikemukakan Sayiq Sabiq dalam buku Fikih Sunahnya. Beliau menukil hadis yang diriwayatkan  Amru bin Hazm.

مَا مِنْ مُؤْمِنٍ يُعَزِّي أَخَاهُ بِمُصِيبَةٍ إِلاَّ كَسَاهُ اللَّهُ مِنْ حُلَل الْكَرَامَةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Artinya: "Tidaklah seorang mukmin yang turut berbela sungkawa atas musibah saudaranya kecuali Allah SWT memakaikan padanya perhiasan kemuliaan di hari kiamat," (HR Ibnu Majah dan Baihaqi).

Takziah dapat dilakukan baik ketika  jenazah belum dimakamkan, sedang dimakamkan atau  setelah dimakamkan sampai dengan  tiga hari Jumhur ulama menghukumi makruh, apabila ta’ziyah dilakukan lebih dari tiga hari . Ini berdasarkan sabda Rasulullah Saw.

لَا يَحِلُّ لِامْرَأَةٍ تُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ أَنْ تُحِدَّ عَلَى مَيِّتٍ فَوْقَ ثَلَاثِ أَيَّامٍ إِلَّا عَلَى زَوْجٍ فَإِنَّهَا تُحِدُّ عَلَيْهِ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَعَشْرًا

Tidaklah dihalalkan bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari Kiamat, untuk berkabung lebih dari tiga hari, terkecuali berkabung karena (ditinggal mati) suaminya, yaitu selama empat bulan sepuluh hari. [HR Bukhari, 2/78; Muslim, 4/202].

Takziah bertujuan untuk memotivasi shahibul musibah agar bersabar dan bangkit kembali dari keterpurukan mental. Pentakziah (المعزي) selalu mengingatkan dengan kalimat istirja’ (إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ) kepada shahibul musibah atau sesama mukmin bahwa kita milik Allah Swt dan akan kembali kepada Allah Swt.

Tujuan berikutya meringankan derita/beban dan kesedihan keluarga orang yang meninggal dunia. Untuk itu, dalam Islam, memghidangkan makanan saat takziah disunahkan bagi yang menghadiri takziah untuk keluarga jenazah, bukan  sebaliknya. Atau yang lebih praktis pentakziah membawa uang duka sesuai adat kebiasaan.

Menurut Imam Al Ghazali saat takziah terdapat setidaknya 4 (empat) adab yang harus diperhatikan:

 آداب المعزّي: خفض الجناح، وإظهار الحزن، وقلة الحديث، وترك التبسم فإنه يورث الحقد

Artinya: “Adab orang bertakziah, yakni menghindari sebanyak mungkin hal-hal yang tidak pantas atau tabu, menampakkan rasa duka, tidak banyak berbicara, tidak mengumbar senyum sebab bisa menimbulkan rasa tidak suka.”

Dari pernyataan  tersebut dapat dijelaskan  bahwa adab orang bertakziah sebagai berikut:

  1.  Menghindari hal-hal yang tabu. Perhatikan cara berpakaian dan berdandan, jangan yang terlalu menor dan selalu menjunjung tinggi asas kesopanan serta kepatutan.
  2.  Menunjukkan rasa duka yang mendalam. Setiap orang yang bertakziah dianjurkan untuk secara tulus mengucapkan belasungkawa dengan menampakkan raut duka.
  3. Jangan banyak berbicara dalam suasana duka. Ajaklah pihak yang berduka berbicara seperlunya, begitu pula dengan orang-orang yang bertakziah lainnya.
  4. Janganlah mengumbar senyum. Pasalnya, mengumbar senyum saat melayat bisa menimbulkan perasaan tidak suka. Jadi alangkah baiknya jika mu’azziyin dan mu’azziyat menahan diri untuk mengumbar senyum.

Keempat adab tersebut sudah seharusnya menjadi pedoman umat Islam dalam bertakziah. Anak-anak yang masih suka rewel dan berteriak-teriak sebaiknya tidak diajak bertakziah agar tidak menimbulkan kegaduhan yang dapat merusak suasana duka.

Sebaiknya disamping menyampaikan bela sungkawa juga mendoakan almarhum/almarhumah agar amalnya diterima di sisi Allah Swt dan dosa-dosanya diampuni oleh-Nya. Mendoakan kelurga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kesabaran serta diberikan kelancaran dalam segala urusannya.

Doa dapat dilakukan sendiri-sendiri atau bersama-sama dengan pentakziah lain, sesuai situasi dan kondisinya. Jika dilakun berjamaah tentu harus ada imamnya.

Doa yang dibaca Ketika takziah antara lain:

رَحِمَكَ اللهُ وَآجَرَكَ

Semoga Allah merahmatimu, dan memberimu pahala. (HR Tirmidzi, 4/60).

Imam Nawawi berpendapat, yang paling baik untuk diucapkan ketika takziah, yaitu apa yang diucapkan oleh Nabi Saw. kepada salah seorang utusan yang datang kepadanya untuk memberi kabar kematian sesorang. Beliau Saw. bersabda kepada utusan itu : “Kembalilah kepadanya dan katakanlah kepadanya :

أَنَّ لِلَّهِ مَا أَخَذَ وَلَهُ مَا أَعْطَى وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى فَمُرْهَا فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ

Sesungguhnya adalah milik Allah apa yang Dia ambil, dan akan kembali kepadaNya apa yang Dia berikan. Segala sesuatu yang ada disisiNya ada jangka waktu tertentu (ada ajalnya). Maka hendaklah engkau bersabar dan mengharap pahala dari Allah. [HR Muslim, 3/39].

أَعْظَمَ اللهُ أَجْرَكَ وَأَحْسَنَ عَزَاكَ وَرَحِمَ مَيِّتَكَ

“Semoga Allah melipatkan pahalamu, memberimu pelipur lara yang baik, dan semoga Dia memberikan rahmat kepada si mayit” Waah a’lam bi shawab.

Posting Komentar untuk "Takziah Kepada Shahibul Musibah"