Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

TAHLIL DAN TAHLILAN PART 1

 

                                                      KUBURAN  TRENGGALEK


azahri.com ~ Sering kita dengar statemen, khususnya di komunitas Islam tradisional  bahwa ada kelompok Islam yang tidak mau tahlil. Biasanya statemen itu ditujukan kepada kelompok Islam modern atau bahkan kelompok Islam puritan.

Apakah benar ada kelompok Islam yang tidak mau tahlil ? Untuk mnjawabnya terlebih dahulu harus kita kemukakan pengertian tahlil. Tahlil berasal  dari kata هلل- يهلل- تهليل  artinya mengucapkan    kalimat : لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ  (tiada tuhan selain Allah).

Dari pengertian umum ini tentu tidak ada kelompok Islam yang tidak mau tahlil, karena tidak mau tahlil berarti keluar dari Islam. Kalimat tahlil adalah kunci masuk Islam, jantung Islam dan kalimat yang harus dipegang seorang muslim sampai akhir hayatnya.

 Wasiat Allah swt dan para RasulNya kepada setiap muslim adalah janganlah kita mati kecuali dalam keadaan Islam/berserah diri kepada Allah swt. Dengan kata lain kita harus berusaha meraih husnul khotimah (happy ending).

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَتَمُوتُنَّ إِلاَّوَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ  [آل عمران : 102]

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.

وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّوَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ [البقرة : 132]

Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya`qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".

            Mati yang bagaimana yang dimaksud dalam keadaan muslim? Jawabnya, tentu mati dimana pada saat-saat menghembuskan nafas yang terakhir mampu mengucapkan kalimat tauhid/kalimat thoyibah, yaitu kalimat : لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ  (tiada tuhan selain Allah). Sebagaimana sabda Rasulullah saw yang dikutib oleh Imam Thabari dalam tafsirnya:

وقال رسولُ اللهِ صلى اللهُ عليه وسلم: "لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ شَهَادَةَ أَنْ لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ، فَمَنْ قَالَهَا عِنْدَ مَوْتِهِ وَجَبَتْ لَهُ الجَنَّةُ" قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، فَمَنْ قَالَهَا فِي صِحَّتِهِ؟ قاَلَ: تِلْكَ أَوْجَبُ وَأَوْجَبُ" . ثُمَّ قَالَ: "والَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ جِيءَ بالسَّمَاوَاتِ والأَرَضِينَ وَمَا فِيهِنَّ وما بَيْنَهُنَّ وَمَا تَحْتَهُنَّ، فَوُضِعْنَ فِي كِفَّةِ المِيْزَانِ، ووُضِعَتْ شَهَادَةُ أَنْ لا إلهَ إلا اللهُ في الكِفَّةِ الأُخْرَى، لَرَجَحَتْ بِهِنَّ". تفسير الطبري - (18 / 258 - 259(

Rasulullah bersabda: “Ajarilah orang yang (akan) mati diantara kamu dengan syahadat bahwa tiada tuhan selain Allah. Barang siapa yang mengucapkannya (kalimat syahadat) pada saat kematianya wajib baginya masuk surga.” Para shahabat bertanya:” Wahai Rasulullah, bagaimana orang yang mengucapkanya ketika dia masih sehat ?” Rasul menjawab:”Itu sesuatu yang diwajibka dan  diwajibkan.” Kemudian beliau bersabda:”Demi Dzat yang diriku ada ditangaNya, jika didatangkan langit dan  bumit, apa-apa yang ada didalamnya, diantaranya dan di atasnya, lalu ditaruh di atas nampan timbangan dan syhadat, bahwa tiada tuhan selain Allah ditaruh di atas nampan  yang lain, sungguh lebih berat syahadat itu darinya.” 

            Sejalan dengan hadits tersebut di atas adalah hadits dalam Sunan Abi Daud:

قَالَ رَسُولُ اللهََ ِ-صلى الله عليه وسلم-  مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهََ ُدَخَلَ الْجَنَّةَ  سنن أبى داود - (9 / 284)

 Barang siapa yang akhir kalimatnya, tiada Tuhan selain Allah, maka masuk surga.

            Dari kedua hadits tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa  apabila seseorang ketika menghembuskan nafas terakhir mengucapkan tahlil dijamin masuk surga.

Sepintas meraih surga itu sederhana dan gampang, hanya mengucapkan sebuah kalimat pendek yang mudah dihafal. Apakah memang demikian? Tentu faktanya tidak sesederhana itu. Jika seseorang tidak beriman kepada Allah dan tidak mengamalkan syariatNya, bahkan tidak  biasa mengucapkan kalimat tahlil,  tentu tidak mungkin di akhir hayatnya dapat mengucapkan kalimat tersebut.

 Dalam sejarah dikisahkan ketika Rasulullah mengajari pamanya, Abi Thalib yang menghadapi ajal dengan kalimat tahlil tadi ternyata pamannya tidak mau.

وَقَالَ لِعَمِّهِ أَبِي طَالِبٍ ياَ عَمِّ قُلْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ كَلِمَةٌ أَحَاجَ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللهِ وَقَالَ مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ - منهاج السنة النبوية في نقض كلام الشيعة والقدرية - (2 / 53)

Dan Rasulullah  bersabda kepada pamanya, Abi Thalib, “Wahai paman, katakan Tiada tuhan selain Allah.” Suatu kalimat yang engkau butuhkan disisi Allah. Dan Rasul bersabda lagi: "Barang siapa yang akhir kalimatnya, tiada Tuhan selain Allah, maka masuk surga “.

            Oleh karena itu, supaya kita dengan mudah dapat mengucapkan kalimat tahlil di akhir hayat kita, maka kita harus senantiasa mengucapkannya  selama hidup kita, membiasakan diri dengan mengucapkan kalimat-kalimat thayyibah. Dengan kata lain setiap muslim harus memperbanyak tahlil selama hayatnya dan secara istiqomah mewujudkan makna kalimat tahlil tadi dalam kehidupan nyata dengan menyembah dan mengabdi padaNya.

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلاَّ نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لاَإِلَهَ إِلاَّ أَنَا فَاعْبُدُونِ [الأنبياء : 25]

Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku".

Banyak hadits yang mendorong kita mengucapkan kalimat thoyibah (tahlil), antar lain:

وَقَالَ النَّبِيُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ( أَفْضَلُ الْكَلاَمِ أَرْبَعٌ سُبْحَانَ اللهُ وَاْلحَمْدُ ِللهِ وَلاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ)    صحيح البخاري - (6 / 2459)

 Nabi saw. Bersabda: “Ada empat kalimat yang paling utama, yaitu : Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada tuhan selain Allah dan Allah Maha besar.”

            Imam Thabari dalam tafsirnya mengutip pendapat Ibnu Abbas, dalam menafsirkan kalimat  وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ  (amalan-amalan yang kekal lagi saleh) dalam  surat Al Kahfi ayat 46, yaitu ucapan  سبحان الله والحمد لله، ولا إله إلا الله، والله أكبر ( Maha suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah dan Allah Maha besar) yang kekal dan menjadi amal shaleh.

Demikian pentingnya kalimat tahlil itu sampai orang yang akan mati diperintahkan untuk dipandu mengucapkannya.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-  لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهََ ُ )صحيح مسلم - 2 / 631(

Rasulullah saw bersabda: ajarilah/ pahamkanlah orang yang akan mati diantara kamu, bahwa tiada tuhan selain Allah.

            Dalm kitab Subulus Salam, Syarah Bulughul Maram, Juz 3 halaman 59 dijelaskan bahwa pengertian  مَوْتَاكُمْ diartikan secara majaz, orang yang menghadapi kematian, bukan orang yang telah mati, karena orang yang telah mati tidak bisa menerima pengajaran. Wallahu ‘a’lam bi shawab.

  

Posting Komentar untuk "TAHLIL DAN TAHLILAN PART 1"