Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

TUJUAN PUASA


azahri.com ~ Tujuan utama disyariatkan ibadah adalah untuk meraih takwa, demikian pula puasa Ramadhan. Firman Allah swt:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (البقرة :21) 

Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.

يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ [البقرة : 183]

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

Lalu apa takwa/taqwa itu ? takwa adalah, menjalankan segala kewajiban, menjauhi semua larangan dan syubhat (perkara yang samar), selanjutnya melaksanakan perkara-perkara sunnah (mandub), serta menjauhi perkara-perkara yang makruh (dibenci). Shahabat Abdullah Ibnu Mas’ud berkata:

أَنْ يُطَاعَ وَلا يُعْصَى، وَأَنْ يُشْكَرَ وَلا يُكْفَرَ، وَأَنْ يُذْكَرَوَلا يُنْسَى. المعجم الكبير للطبراني- (7 / 487

 “Hendaklah Dia (Allah) ditaati dan tidak dimaksiati, disyukuri dan tidak diingkari, diingat serta tidak dilupakan,.” (ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir 7/487). 

Kata takwa juga sering digunakan untuk istilah menjaga diri atau menjauhi hal-hal yang diharamkan, sebagaimana dikatakan oleh Abu Hurairah Radhiallaahu anhu ketika ditanya tentang takwa, beliau mengatakan, “Apakah kamu pernah melewati jalanan yang berduri?” Si penanya menjawab, ”Ya”. Beliau balik bertanya, “Lalu apa yang kamu lakukan?” Orang itu menjawab, “Jika aku melihat duri, maka aku menyingkir darinya, atau aku melompatinya atau aku tahan langkah”. Maka berkata Abu Hurairah, ”Seperti itulah taqwa.” Atau

التقوى : فسر بعض الصحابة التقوى بأنها : العمل بالتنزيل والخوف من الجليل والاستعداد ليوم الرحيل - مجلة البحوث الإسلامية - (38 / 179)

Mengamalkan al Qur’an, takut kepada Allah swt dan mempersiapkan diri untuk hari perjalanan ke alam barzah.

    Jika demikian, maka takwa adalah maqom tertinggi yang diraih oleh hamba Allah swt. Hal mana sejalan dengan firmanNya dalam Al Hujurat 13:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

    Bila diurai secara terpisah antara Islam, Iman dan Takwa  dan dilihat kedudukannya masingh-masing, maka akan ditemukan urutan sebagai berikut:

  1. Islam

Tangga pertama yang harus dilalui jika seseorang ingin menjadi muslim adalah mengucapkan dua kalimah syahadat. Pernyataan secara lisan bahwa dia telah menerima kebenaran Islam. Tidak serta merta ketika mengucapkan dua kalimah syahadat harus paham betul apa yang diucapkan dan bagaimana konsekuensinya. Perlu proses panjang secara terus menerus agar pernyataan tersebut meresap ke dalam kalbu dan menyatu dalam setiap tarikan nafasnya.

Ketika  orang Arab Badui yang baru bergabung dalam barisan kaum muslimin menyatakan kami telah beriman, Allah SWT meluruskan pernyataan mereka sebagaiamana firmanNya dalam Al Hujurat ayat 14:

قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ وَإِنْ تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُمْ مِنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ  

Orang-orang Arab Badwi itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah (kepada mereka): "Kamu belum beriman, tetapi katakanlah: "Kami telah tunduk", karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu dan jika kamu ta`at kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tiada akan mengurangi sedikitpun (pahala) amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".

Mereka baru tahapan muslim belum menjadi mukmin karena untuk menjadi mukmin harus memenuhi kriteria tertentu. Allah SWT yang lebih tahu seseorang/kelompok orang berada di tahapan mana,  karena Allah SWT Maha Tahu yang nampak maupun yang tersembunyi.

  1. Iman 

Seseorang disebut mukmin bila telah memenuhi tiga aspek, sebagaimana definisi iman itu sendiri, yakni:

التصديق بالقلب ، والإقرار باللسان ، والعمل بالجوارح - تفسير الرازي - (5 / 10)

“ Meyakini dalam hati, mengucapkan dengan lisan dan merealisasakan dengan amal perbuatan”  Ketiganya harus simultan dan dalam satu kesatuan. Tidak boleh terpisah satu dengan yang lainya. Jika terpisah melahirkan iman yang bohong/palsu.

Meyakini sepenuh hati, artinya kebenaran Dinul Islam harus  mengakar dalam hati sanubari seseorang, mendarah daging. Tidak boleh ada kebimbangan dan keraguan sedikitpun tentang kebenaran Islam.

Mengucapkan dengan lisan, maksudnya mengucapkan dua kalimah syahadat sebagai perwujudan isi hati yang tersembunyi.

Dan  merialisasikan keyakinan hati dan ucapan lisan  tadi dalam perbutan nyata. Pendek kata, mukmin harus seia-sekata, senada-seirama antara hati, lisan dan aktifitasnya; sesuai perkataan dan perbuatannya, pernyataan dan kenyataannya.

Iman pangkalnya ada di hati. Hati dalam bahasa Arab disebut  قلب= sesuatu yang berubah – ubah, tidak tetap. Kadang senang, kadang sedih; suatu ketika marah, di lain waktu sabar; bisa ragu atau mantap dst.

Jadi  hati manusia itu bersifat labil, sementara hati tempat bersemayamnya iman, maka konsekuensinya  iman akan naik-turun, tambah dan berkurang. Sabda Nabi:

عنْ ابنِ عمرَ رَضيَ اللهُ تعالى عنهما قالَ: قلنا يا رَسوْلَ اللهِ إن اْلاِيمانَ يزِيدُ وَينقصُ قالَ: نعمْ يَزِيْدُحَتَّى يَدْخُلُ صَاحِبُهُ الجَنَّةَوَيَنْقُصُ حَتَّى يَدْخُلُ صَاحِبُهُ النَّارَ -تفسير الألوسي (7 / 13)

“ Dari Ibnu Umar ra. Ia berkata: Kami bertanya, ya Rasulullah apakah iman itu benar-benar bertambah dan berkurang ? Beliau menjawab:ya! Bertambah sehingga pemiliknya masuk surga dan berkurang sehingga pemiliknya masuk neraka.”

  1. Takwa

Agar iman seseorang stabil dan mantap serta grafiknya semakin hari terus naik,  Allah SWT mensyariatkan berbagai ibadah untuk meraih ketakwaan. Terus-menerus iman ditingkatkan sehingga menjadi pribadi yang bertkwa. Firman Allah SWT

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ 

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya.” (Ali Imran ayat 102)

Bila kata: Islam, iman dan takwa berdiri sendiri-sendiri secara terpisah mengandung makna yang hampir sama satu dengan lainnya.

Ungkapan yang tepat bahwa orang yang bertakwa sudah pasti berislam dan beriman, tapi berislam belum tentu beriman apalagi takwa. Beriman belum tentu bertakwa, tapi sudah pasti berislam.

Karena takwa itu kondisi puncak sudah barang tentu memiliki buah beraneka ragam bagi kehidupan manusia dunia-akhirat, antara lain: 

1. Memiliki furqon: 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ  [الأنفال : 29]

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar

2. Mendapat curahan berkah dari langit:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ  [الأعراف : 96]

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

3 Jalan keluar dari persoalan dan riski tak terduga:

وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ  [الطلاق : 2 ، 3]

…Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya..

4. Kemudahan urusan:

وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا  [الطلاق : 4]

Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.

5. Menghapus kesalahan:

وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا [الطلاق : 5]

dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya.

6. Tidak mudah diganggu setan:

إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ  [الأعراف : 201]

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.

7.  Mendapat surga:

إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ (45) ادْخُلُوهَا بِسَلامٍ آمِنِينَ (46) وَنَزَعْنَامَافِي صُدُورِهِمْ مِنْ غِلٍّ إِخْوَانًا عَلَى سُرُرٍ مُتَقَابِلِينَ (47) لا يَمَسُّهُمْ فِيهَا نَصَبٌ وَمَا هُمْ مِنْهَا بِمُخْرَجِينَ [الحجر : 45 - 48]

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam syurga (taman-taman) dan (di dekat) mata air-mata air (yang mengalir). (Dikatakan kepada mereka): "Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera lagi aman". Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan. Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya.

 

Posting Komentar untuk "TUJUAN PUASA"