PUASA MEMBENTUK PRILAKU JUJUR
azahri.com ~ Jujur/benar, dalam bahasa Arab disebut as
shidqu berasal dari kata:
صَدَقَ – يَصْدُقُ – صِدْقاً. ضدّ كذب artinya menyatakan sesuatu apa adanya, sesuai dengan kenyataan/fakta yang sebenarnya, tanpa
ditambah dan dikurangi, tidak ada yang disembunyikan atau dimanipulasi.
Orang yang berprilaku jujur disebut shodiq/shidiq, maknanya: sejalan antara perkataan dengan perbuatan,
pernyataan dengan kenyataan, omelan dengan amalan. Dalam Kamus al Munawir الصِديق الذي
يُصَدِّقُ قوله بالعمل= orang
yang membenarkan perkataannya dengan amal.
Dalam احياءعلوم الدين Abu Hamid al Ghozali meniscayakan shidqu:
صِدْقٌ في النية والإرادة،
وصدق في القول، وصدق في العمل، وصدق في تحقيق مقامات الدين كلها.
Jujur dalam niat dan kehendak, jujur dalam perkataan, jujur dalam amal,
jujur dalam mewujudkan dan menegaklan ajaran agama secara keseuruhan.
Shidiq menjadi gelar/laqob para Nabi dan Rasul dan shahabat Abu Bakar:
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَبِيًّا [مريم: 41] وَاذْكُرْ
فِي الْكِتَابِ إِدْرِيسَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَبِيًّا [مريم: 56]
Ingatlah dalam kitab Ibrahim, ssungguhnya dia adala nabi yang jujur. Ingat
pada kitab Idris sesungguhnya dia nambi yang jujur.
Dari kata صَدَقَ lahir kata صَدَقَةٌ –
صدقات (sedekah = pemberian harta kepada yang
membutuhkan sebagai wujud kebenaran imannya kepada Allah swt.), muncul pula
kata صَداَقةَ صَدُقَه ( pemberian suami kepada istri sebagai bukti kebenaran cinta suami
kepada istri ketika akad nikah atau setelah akad) atau disebut مَهْر dari kata مَهَرَ- يَمْهُر (pandai = bukti kecerdasan/kepandaian suami yang akan
memikul tanggungjawab sebagai kepala keluarga).
Dalam bahasa
Indonesia disebut maskawin=Emas Kawin, emas sebagai logam mulia yang
warnanya tidak mudah berubah, tetap indah sepanjang masa dalam kadar 24 karat. Cinta kasih dan kasih sayang antara suami istri haruslah bertahan sepanjang
hayat, laksana emas 24 karat.
Ada pula kata صَدِيق : shahabat/teman dekat yang sudah saling percaya Jujur/benar
tidak hanya terjemahan dari صَدَقَ , tapi ada kata سَدِيد
- حق (benar) أمين
(jujur) dan banyak lagi
yang lainnya.
Islam menuntun pemeluknya untuk berlaku jujur karena kejujuran akan membawa
ketenangan jiwa pada pelakunya dan menciptakan suasana kondusif dalam kehidupan
bermasyarakat. Sebuah
masyarakat atau komunitas yang dibangun di atas prinsisp-prinsip kejujuran akan
menjadi masyarakat/komunitas yang kuat, elegan, transparan dan maju.
Sementara kebohongan akan
membuat pelakukanya was-was, bimbang dan cemas serta menciptakan suasana yang
destruktif manipulatif: saling curiga, menyalahkan dan tipu-menipu.
Sebuah masyarakat/komunitas
yang dibangun di atas kebohongan akan menjadi masyarakat/komunitas yang rapuh,
penuh kepura-puraan dan kemunafikan. Sebuah kebohongan senantiasa akan
melahirkan kebohongan baru untuk menutupi kebohongan yang telah dibuat
sebelumnya, begitu seterusnya sehingga merupakan lingkaran setan atau setan
yang melingkar.
Rasulullah
telah memberikan warning dalam sebuah sabdanya:
دَعْ مَا يَرِيبُكَ
إِلَى مَا لاَ يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ
رِيبَةٌ- سنن الترمذى-(9 / 433)
"Tinggalkan sesuatu yang meragukanmu dan kerjakan apa yang
kamu tidak ragu-ragu. Sesungguhnya benar/jujur itu membawa ketenangan dan
dusta membawa kepada kebimbangan."
Jujur mudah
kita katakan, namun sulit kita lakukan. Terlebih dalam sutuasi yang tidak
kondusif untuk berbuat jujur. Penuh resiko, tekanan dan intimidasi, sehingga
hanya orang – orang pilihan yang berani berkata jujur/benar. Hadits Nabi:
عن أبي ذر … يا رسول الله زدني قال : قل الحق ولو كان
مرًّا . صحيح ابن حبان
- (2 / 213)
Berdasarkan hadits dari Abu
Dzar….Wahai Rasulullah, tambahkanlah pelajaran untukku, Rasul bersabda,“Katakan
yang benar walau pahit rasanya”
Karena
jujur bukan hal yang mudah untuk dilakukan, maka menurut tuntunan Islam jujur
dan kejujuran harus dilatih dan dibiasakan. Berlatih jujur dalam banyak hal dan
bergaul dengan orang-orang yang jujur.
قال الله تعالى: " يَا أَيُّهَا الَّذينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ - التوبة: 119
Allah Ta'ala berfirman: "Hai sekalian orang yang beriman,
bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah engkau semua bersama-sama dengan
orang-orang yang benar." (at-Taubah: 119)
Salah satu media
berlatih jujur adalah puasa. Puasa adalah sebuah latihan kejujuran secara
komperehensif. Jujur terhadap diri sendiri, orang lain dan kepada Allah swt.
Bagaimana tidak
? Jika kita seorang diri, tidak ada yang mengenal kita di sebuah tempat yang
jauh dari rumah kita. Kita bisa saja masuk ke restoran untuk makan dan tidak
ada orang lain yang mengenal kita, kemudia bisa saja kepada istri dan anak kita
bilang masih puasa. Namun, bagi orang beriman, tidak akan melakukan hal ini.
Karena dia sadar bahwa Allah selalu mengawasinya.
Latihan
kejujuran dari ibadah puasa, kita aplikasikan dalam prilaku sebelas bulan di luar Ramadan. Jujur
dalam menjalankan tugas sebagai pimpinan pengadilan, hakim, panitera, juru sita,
sekretaris dll.
Tidak memanipulasi
nilai data/angka, berkolusi kepada pihak yang berperkara, kepada penilai,
pengawas untuk mendapat nilai yang bagus sehingga dapat juara (na’udzu billahi
min dzalik). Meskipun suatu satker belum masuk peringkat terbaik dalam prestasi
(WBK/WBBM, dsb), namun kejujuran sudah ditegakkan di satker tsb, tidak masalah
karena sebenarnya para pegawainya sudah
punya hati nurani dan harga diri. Yang unggul tentu keduanya, juara dan
integritas telah terbangun dengan nyata.
Bila kejujuran dan integritas sudah kita miliki,
kita yakin kemuliaan dan kesuksesan akan kita gapai. Bangsa-bangsa yang telah
maju, seperti Jepang, Singapura dsb, ternyata kejuran menjadi nilai yang utama.
Wal hasil, apabila kita ingin sukses dalam
banyak hal, maka kita harus selalu benar
dan jujur, meskipun terkadang orang jujur tergusur dan diancam masuk liang
kubur, tapi pada akhirnya do’anya akan terkabul dan hidup makmur. Wallahu ‘alam
bishawab.
Jos
BalasHapus