Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MUKJIZAT AL QUR'AN PART 1

 



Pengertian Mukjizat

azahri.com ~ Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa kata mukjizat diartikan sebagai kejadian (peristiwa) yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia. Kata mukjizat terambil dari bahasa Arab  أعجز)a’jaza) yang berarti melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Sedangkan kata أعجز )a’jaza) itu sendiri berasal dari kata ( عجزajaza) yang berarti tidak mempunyai kekuatan (lemah).

Pelakunya (yang melemahkan) dinamai mukjiz, dan bila kemampuannya melemahkan pihak lain amat menonjol sehingga mampu membungkam lawan, maka dinamai ( معجزة  mu’jizat). Tambahan ta marbuthah pada akhir kata itu mengandung makna mubalaghah (superlatif.(

Dengan redaksi yang berbeda, mukjizat didefinisikan pula sebagai sesuatu yang luar biasa yang diperlihatkan Allah melalui para nabi dan rasul-Nya sebagai bukti atas kebenaran pengakuan kenabian dan kerasulannya. Dalam al-Quran, kata ‘ajaza dalam berbagai bentuk terulang sebanyak 26 kali dalam 21 surat dan 25 ayat.

Dalam Kamus al-Mu’jam al-Washith, mukjizat diartikan:

أمر خارق للعادة يظهره الله على يد نبي تابدا لنبوته

Sesuatu (hal atau urusan) yang menyalahi adat kebiasaan yang ditampakkan Allah diatas kekuasaan seorang nabi untuk memperkuat kenabiannya.”

Imam Jalaluddin al-Sayuti menjelaskan bahwa mukjizat itu adalah:

أمر خارق للعادة, مقرون بالتحدى, سالم من المعارضة

Suatu hal atau peristiwa luar biasa yang disertai tantangan dan selamat (tidak ada yang sanggup) menjawab tantangan tersebut.”

 Berdasarkan defenisi diatas maka dapat dikemukakan tiga unsur pokok mukjizat, yaitu:

1.         Mukjizat harus menyalahi tradisi atau adat kebiasaan.

2.         Mukjizat harus dibarengi dengan perlawanan, dan

3.         Mukjizat tidak terkalahkan

Secara garis besar mukjizat dapat dibagi dalam dua bagian pokok, yaitu mukjizat yang bersifat hissiyah (material indrawi), dan mukjizat yang bersifat ‘aqliyah (rasional). Mukjizat nabi-nabi terdahulu semuanya merupakan jenis pertama.

Mukjizat mereka bersifat material dan indrawi dalam arti keluarbiasaan tersebut dapat disaksikan atau dijangkau langsung lewat indra oleh masyarakat tempat nabi tersebut menyampaikan risalahnya, seperti perahu Nabi Nuh yang dibuat atas petunjuk Allah sehingga mampu bertahan dalam situasi ombak dan gelombang yang demikian dahsyat; tidak terbakarnya Nabi Ibrahim dalam kobaran api; tongkat Nabi Musa yang berobah menjadi ular; penyembuhan yang dilakukan Nabi Isa atas izin Allah dan lain-lain. Semuanya bersifat material indrawi, terbatas pada lokasi tempat nabi tersebut berada dan berakhir dengan wafatnya masing-masing nabi.

Berbeda dengan mukjizat Al Qur'an yang dibawa Nabi Muhammad Saw.  sifatnya bukan material indrawi, tetapi ‘aqliyah (dapat dipahami oleh akal).  Karena sifatnya yang demikian, maka ia tidak terbatas pada suatu tempat atau masa tertentu. Mukjizat al-Quran dapat dijangkau oleh setiap orang yang menggunakan akalnya, kapan dan dimanapun berada.

Perbedaan ini disebabkan oleh dua hal pokok. Pertama, para nabi sebelum Nabi Muhammad Saw., ditugaskan untuk masyarakat dan masa tertentu. Karena itu, mukjizat mereka hanya berlaku untuk masa dan masyarakat tersebut, tidak untuk sesudah mereka.

Ini berbeda dengan Nabi Muhammad Saw., yang diutus untuk seluruh umat manusia hingga akhir zaman, sehingga bukti kebenaran ajarannya harus selalu siap dipaparkan kepada setiap orang yang ragu kapanpun dan dimanapun mereka berada.

Posting Komentar untuk "MUKJIZAT AL QUR'AN PART 1"