LEBARAN DAN BUDAYA SUNGKEM
Lebaran dari kata lebar atau penghabisan, kesalahan dan dosa kepada Sang Pencipta dan sesama manusia sudah lebar atau lebur. Dosa kepada Sang Pencipta lebar dan lebur saat menjalani siyam dan qiyam di bulan Ramadan, maka bulan sesudahnya, Syawal saatnya saling memaafkan untuk melebur dosa sesama manusia.
Seorang
budayawan terkenal Dr Umar Khayam (alm), menyatakan bahwa tradisi Lebaran merupakan terobosan akulturasi
budaya Jawa dan Islam. Kearifan para ulama di Jawa mampu memadukan kedua budaya
tersebut demi kerukunan dan kesejahteraan masyarakat.
Tradisi Lebaran yang diawali di Jawa akhirnya meluas ke seluruh wilayah
Di negara-negara Islam di Timur
Tengah dan Asia (selain
Menurut tuntunan ajaran Islam,
saling memaafkan itu tidak ditetapkan waktunya setelah umat Islam menyelesaikan
ibadah puasa Ramadan, melainkan kapan saja setelah seseorang merasa berbuat
salah kepada orang lain, maka dia harus segera minta maaf kepada orang
tersebut. Bahkan Allah SWT lebih menghargai seseorang yang memberi maaf kepada
orang lain. FirmanAllah Swt. dalam Surat Ali Imran ayat 134:
الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكَاظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ
(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan,
Dalam budaya Jawa, lebaran diwujudkan dengan budaya “sungkem” kepada orang yang lebih tua, terutama jalur ke atas, ayah bunda, kakek-nenek. Sungkem merupakan bentuk penghormatan bukan simbol kerendahan derajat, justru menunjukkan perilaku
utama. Tujuan sungkem, pertama, adalah sebagai lambang penghormatan, dan kedua,
sebagai permohonan maaf, atau “nyuwun ngapura”.
Nah, di sinilah para ulama mempunyai ide, bahwa di hari Lebaran itu antara seorang dengan yang lain perlu saling memaafkan kesalahan masing masing, terutama kepada yang lebih tua. Orang tua dalam tradisi Jawa disebut pepunden. Seseorang yang sangat dihormati karena diyakini dapat menimbulkan ridlo dan murka Allah swt.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الْوَالِدِ وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ
“Dari Abdullah bin Amr ra. dari Nabi Saw, beliau bersabda: "Ridho Allah terdapat pada ridho orang tua, dan murka Allah juga terdapat pada murkanya orang tua." (HR. Tirmidzi).
Tentu sungkem juga ada batasnya, jangan sampai menimbulkan prilaku yang tidak wajar, menganggap orang tua sederajat dengan Tuhan, dapat memberikan berkah dst. Walahu a'lam bi shawab.
Posting Komentar untuk "LEBARAN DAN BUDAYA SUNGKEM"