Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MASA DEPAN DI TANGAN GENERASI MUDA (REFLEKSI SUMPAH PEMUDA)

 


Istilah orang muda/pemuda dalam bahasa Arab disebut فَتًى jamaknya فِتْيَةٌ atau  شبان/ شباب.  Ibnu Taimiyah dalam مجموع الفتاوى  juz 11 halaman 91 menyatakan  bahwa                   أَمَّا لَفْظُ " الْفَتَى " فَمَعْنَاهُ فِي اللُّغَةِ الْحَدَثُ(arti  الْفَتَى secara bahasa adalah baru). Katagori orang muda/pemuda secara biologis biasanya dimaksudkan masa selepas kanak-kanak atau dalam istilah fiqih usia menginnjak aqil-baligh sampai umur sekitar 40 an atau menginjak usia dewasa/tua. Adapun secara phychologis kepemudaan lazimnya dikaitkan dengan sprit/semangat hidup, semangat berfikir, berkarya dan berjuang menggapai cita-cita luhur. Bila seseorang  masih dalam keadaan semangat yang tinggi maka berarti masih dalam katagori muda, meskipun secara biologis sudah tidak muda lagi.

Generasi muda dalam kehidupan keluarga, kehidupan kolektif, apalagi dalam perjuangan mencapai cita-cita: cita-cita bangsa, cita-cita menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam mempunyai peran penting (دورهام  ), sehingga ada ungkapan, “ Today is young tomorrow will be a leader”  atau

  شبان اليوم رجال الغدِ (Pemuda hari ini, pemimpin dimasa depan). Di mata seorang Soekarno pemuda memiliki peran yang sangat  strategis, beliau pernah mengatakan, “ Berikanlah kepadaku sepuluh pemuda, niscaya akan aku goncang dunia”

 (  اعطنى عشرة شباب سوف احرك بهم الدنيا)

Generasi muda yang menjadi tumpuan masa depan adalah generasi muda yang memiliki keimanan yang kokoh, semangat jihad yang membara, konsisten, pemberani, dan tahan menghadapi goncangan badai kehidupan.

Kaum muda yang konsisten sebagaimana ditunjukkan  pemuda Ashabul Kahfi (Penghuni Gua), seperti yang diungkapkan Al Qur’an Surat Al kahfi ayat 13-14 :

نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُمْ بِالْحَقِّ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ ءَامَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى *وَرَبَطْنَا عَلَى قُلُوبِهِمْ إِذْ قَامُوا فَقَالُوا رَبُّنَا رَبُّ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ لَنْ نَدْعُوَ مِنْ دُونِهِ إِلَهًا لَقَدْ قُلْنَا إِذًا شَطَطًا

Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk;dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata: "Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran".

            Menurut Tafsir Ibnu Katsir, bahwa kisah Ashabul Kahfi itu terjadi pada zaman kerajaan Romawi, di bawah Kaisar Dikyanus. Kaisar Dikyanus mengadakan acara perayaan tahunan dalam rangka menghormati kepada berhala-berhalanya. Semua rakyatnya diperintahkan untuk berkumpul di suatu tempat pemujaan dengan menyembelih hewan kurban, menyembah, memohon berkah kepada patung-patungnya. Bersama orang tua mereka, ikutlah anak-anak mereka, generasi muda. Ada beberapa pemuda yang berfikir kritis, bahwa apa yang dilakukan oleh orang tua mereka itu tidak benar. Para pemuda yang mempunyai persepsi yang sama itu berkumpul dan membentuk fron perjuangan untuk mengeluarkan kaumnya dari kesesatan, namun karena jumlah mereka kecil dibanding kekuatan raja sehingga mereka memutuskan untuk pergi membangun kekuatan dan akhirnya ditidurkan oleh Allah swt di sebuah gua.تفسير ابن كثير - (5 / 140)

            Al hasil, pemuda Ashabul Kahfi (Penghuni Gua) adalah sosok-sosok orang muda yang konsisten dan istiqomah mempertahankan aqidah shahihah di tengah regim yang otoriter dan diktator.

Figur orang muda pemberani yang patut diteladani adalah Bapak Tauhid, Nabiyullah Ibrahim as. Ketika kaumnya, Raja Namrud dan pengikutnya , memiliki tradisi atau sistem teologi penyembahan kepada  patung-patung/berhala-berhala yang sudah sangat mapan, Ibrahim muda mencoba membuat sock terapy dengan menghancurkan semua berhala-berhala itu kecuali berhala yang paling besar dan Ibrahim mengantungkan kapak di leher berhala terbesar itu. Hal ini dimaksudkan agar Namrud dan pengikutnya mau berfikir, apa yang bisa diperbuat oleh berhala besar itu. Sebenarnya dalam hati kecil mereka mengatakan bahwa patung-patung itu tidak bisa berbuat apa-apa, tapi mengapa mereka sembah. Namun karena tradisi dan sistem yang begitu kuat sehingga mereka tidak menggunakan akal sehatnya lagi. Namrud dan para pengikutnya bukan mengambil pelajaran dari peristiwa itu malah menyalahkan dan menghukum pemuda Ibrahim dengan hukuman yang paling kejam, Ibrahim dibakar hidud-hidup.

وقوله تعالى: قَالُوا مَنْ فَعَلَ هَذَا بِآلِهَتِنَا إِنَّهُ لَمِنَ الظَّالِمِينَ (59) قَالُوا سَمِعْنَا فَتًى يَذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهُ إِبْرَاهِيمُ (60) قَالُوا فَأْتُوا بِهِ عَلَى أَعْيُنِ النَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَشْهَدُونَ) 61...( قَالُوا حَرِّقُوهُ وَانْصُرُوا ءَالِهَتَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِينَ [الأنبياء : 59 – 61/ 68]

 Mereka berkata: "Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim".Mereka berkata: "Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim".Mereka berkata: "(Kalau demikian) bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang banyak, agar mereka menyaksikan"... Mereka berkata: "Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak".

Jadi Ibrahim adalah pemuda yang berani mengatakan yang hak di tengah-tengah merajalelanya kebatilan dan keangguhan kekuasaan, meskipun resikonya teramat berat.

            Figur berikutnya yang patut ditiru adalah pemuda Musa as. yang memiliki semangat yang tinggi membina diri, semangat mencari ilmu dan menimba pengalaman dari seniornya Nabi Khidhr  as. Al Qur’an melukiskan:

قَالَ لَهُ مُوسَى هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَى أَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا (66) قَالَ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا (67) وَكَيْفَ تَصْبِرُ عَلَى مَا لَمْ تُحِطْ بِهِ خُبْرًا (68) قَالَ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ الله ُ صَابِرًا وَلاَأَعْصِي لَكَ أَمْرًا (69) [الكهف : 66 - 69]

Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun".

            Terakhir, kita juga patut meneladani pemuda Yusuf as. yang sanggup bertahan menghadapi godaan dan rayuan wanita bangsawan yang cantik jelita sang majikanya, Zulaikho dan lebih memilih hotel prodeo daripada maksiat kepada Allahswt. Al Qur’an Surat Yusuf ayat 33 menjelaskan :

قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ وَإِلاتَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِنَ الْجَاهِلِينَ

Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh."

 Masa muda adalah masa yang paling berharga, masa keemasan/gemilang  sehingga tidak boleh disia-siakan begitu saja  karena akan menentukan perjalanan hidup seseorang dimasa-masa berikutnya.

  قال مالك بن دينار : « إنما الخيرفي الشباب » (Malik bin Dinar berkata: Segala kebaikan ada dimasa muda). Senada dengan Malik bin Dinar, Ibnu Abbas ra mengatakan, sebagaimana dikutip Al Ghozali dalam Ihya’:

وقال ابن عباس رضي الله عنهما ما آتى الله عز وجل عبدا علما إِلاشابا والخير كله في الشبابِ -  إحياء علوم الدين ومعه تخريج الحافظ العراقي – (1 / 278)

Allah tidak memberikan ilmu kepada seorang hamba kecuali di masa muda dan segala kebaikan (potensi) ada pada pemuda.

Oleh karenanya, para anbiya’ dan mursalin serta orang-orang shaleh sangat menaruh perhatian besar kepada generasi muda.  Rasulullah saw. berpesan dalam haditsnya:

قَالَ رَسُولُ الله  صلى الله عليه وسلم لِرَجُلٍ وَهُوَ يَعِظُهُ : اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ- شرح السنة - (11 / 498)

Rasulullah menasehati kepada seorang laki-laki: Jagalah lima sebelum datangnya lima, jagalah masa mudamu sebelum masa tuamu dst..

Maksud menjaga masa muda adalah memanfaatkan masa muda sebaik-baiknya, tidak menyia-nyiakan dengan kegiatan yang tidak berguna. Dan tentu yang berkewajiban  menjaga adalah para orang tua karena orang muda banyak yang belum menyadari akan posisinya di masa muda. Dalam kaitan ini Allah swt. memberikan warning kepada para orang tua melalui firmanya:

وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا [النساء : 9]

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.

Membangun generasi muda yang berkualitas membutuhkan keseriusan para orang tua dan kesadaran serta semangat generasi muda. Keterpaduan dua kelompak generasi ini inya Allah akan  mengahasilkan pemuda harapan bangsa, agama dan negara.

Pemuda sejati adalah pemuda yang percaya diri dan mampu meningkatkan kualitas dirinya, bukan pemuda yang mengandalkan kelebihan keluarga dan komunitasnya. Ungkapan terkenal yang dikutib oleh Al Alusi dalam tafsirnya:

إن الفتى من يقول ها أنا ذا ... ليس الفتى من يقول كان أبي-  تفسير الألوسي - (9 / 499)

Pemuda sejati adalah pemuda yang menyatakan “Inilah saya”, bukan yang menyatakan” Bapakku adalah ...”. 

Figur pemuda yang ditampilkan para Nabi, yaitu pemuda pemberani, penuh semangat dan tahan menghadapi kerasnya tantangan hidup adalah sosok pemuda ideal yang kelak akan membawa bangsa dan negara menjadi bangsa yang maju. Bangsa yang mampu menyongsong bonus demografi menuju Indonesia emas.

Marilah kita dorong terus pemuda dan pemudi kita menjadi manusia madiri, tahan uji dan memiliki dedikasi tinggi kepada agama, bangsa dan negara. Semoga di tangan mereka kelak nasib bangsa kita lebih berjaya.

 

Posting Komentar untuk "MASA DEPAN DI TANGAN GENERASI MUDA (REFLEKSI SUMPAH PEMUDA)"