PENGURBANAN SEBUAH KENISCAYAAN UNTUK MENGGAPAI KESUKSESAN
اَلْحَمْدُ للهِ
الَّذِى اَنْعَمَ عَلَيْنَا بِنِعْمَةِ اْلاِيْمَانِ وَاْلاِسْلاَمِ٭ وَجَعَلَ هَذَااْليَوْمَ
عِيْدًا مُبَارَكاًباِلسَّلاَمِ٭ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ اْلعَلاَّمُ٭ وَاَشْهَدُاَنَّ
مُحَمَّدًاعَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَيْرُاْلاَنَامِ٭ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ
عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ اِلَي يَوْمِ اْلقِيَامِ٭ اَمَّابَعْدُ:
وَاعْلَمُوا أَنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمٌ فَضِيْلٌ٭ وَعِيْدٌ جَلِيْلٌ٭ رَفَعَ
اللهُ قَدَّرَهُ وَأَظْهَرُ٭ سَمَّاهُ يَوْمَ اْلحَجِّ اْلأَكْبَرَ٭ وَخَطَبَ رَسُوْلُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي هَذَا اْليَوْمِ فَقَالَ فِي خُطْبَتِهِ
"أيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمْ٭ وَصَلُّوْا خَمْسَكُمْ٭ وَصُوْمُوْا
شَهْرَكُمْ٭ وَأَطِيْعُوْا ذَا أَمْرِكُمْ٭ تَدْخُلُوْا جَنَّةَ رَبِّكُمْ"٭
وَقَالَ "لاَ تَرْجَعُوْا بَعْدِي كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضَكُمْ رَقَابَ بَعْضٍ"
.
الله اكبر الله اكبر
لا اله الاالله الله اكبر الله
اكبر و لله الحمد
Ma’asyira Al Muslimin yang dirahmati Allah …
Segala
pujian dan sanjungan hanya milik Allah swt, Rab (pemelihara) alam semesta (jagat
raya). Alam yang amat luas, tidak
berbatas dan bertepi dalam gugusan miliaran galaksi. Sebagai hamba-Nya
yang fakir, patut kiranya kita senantiasa memanjatkan puji syukur
kehadhirat-Nya, atas curahan dan limpahan rahmat dan nikmat-Nya tanpa henti,
terlebih pada saat yang berbahagia ini.
Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada kekasih kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabatnya
serta pengikut-pengikutnya sampai hari kiamat. Berkat perjuangan dan pengurbanan mereka, kita ditakdirkan berada di jalan yang
hak, barisan orang-orang yang isnya
Allah mempunyai semangat berkurban membela kebenaran.
Jammah yang dirahmati Allh swt! Baca Selengkapnya
Rangkaian ibadah di bulan haji
merupakan perwujudan pelestarian nilai-nilai pengurbanan Nabiyullah Ibrahim as
beserta keluarganya yang tiada tandingnya dalam sejarah kemanusiaan. Pengurbanan
luar biasa yang mampu mengubah tanah
Makkah yang mati dan gersang menjadi kota
yang makmur, aman dan penuh keberkahan.
Semangat berkurban itu, hari ini kita peringati untuk kita jadikan pelajaran dan
tauladan agar kita mendapat kekuatan untuk menempuh jalan kehidupan yang
penuh tantangan.
الله اكبر الله اكبر
لا اله الاالله الله اكبر الله
اكبر و لله الحمد
Ma’aasyiral
Muslimiin Rahimakumullah
Peristiwa pengurbanan besar tersebut dimulai
ketika Nabiyullah Ibrahim as dengan berat hati dan penuh kepasrahan meninggalkan
Hajar dan Isma’il yang masih balita di tanah tandus tanpa tumbuhan, terpencil,
terasing dan tidak berpenghuni, dengan bekal hidup yang pas-pasan. Saat itu beliau
berdoa:
رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah
menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tumbuhan di
dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian
itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia
cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan,
mudah-mudahan mereka bersyukur.(QS.Ibrahim/37)
Hajar tinggal bersama putranya
di tempat yang sepi dan terpencil itu tanpa ada tempat berlindung dan bernaung,
siang bergelut dengan udara panas dan debu, dan malam berselimut dengan dingin
yang mengigit. Hajar yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa Allah tidak akan
menelantarkan diri dan anaknya, namun melaksanakan keyakinan tersebut ternyata
tidak segampang seperti ketika diucapkan.
Ketika bekal makanan yang dibawa dari
rumah sudah habis, dengan sisa tenaga yang ada Siti Hajar berlari-lari kecil
antara bukit Shofa dan Marwa sebanyak tujuh kali untuk mencari air. Peristiwa ini diabadikan Allah dalam
ritual haji dengan firman-Nya:
إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللهِ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ أَوِ اعْتَمَرَ فَلا جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَطَّوَّفَ بِهِمَا وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ
Sesungguhnya Shafaa dan Marwah adalah
sebahagian dari syi`ar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah
atau ber-`umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa`i antara keduanya.
Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka
sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.(QS.al-Baqoroh/158)
Ketika Hajar telah berupaya
maksimal dan tanpa hasil, beliau pasrah kepada Sang Khalik, maka atas
kehendak-Nya tiba-tiba keluarlah air di tempat kaki putranya menjejakkan tanah
berpasir. Maka berkatalah Sita Hajar “Zumi-zumi”, maka terkumpulah air yang
kemudian menjadi sumber mata air dengan
nama sumur Zam-Zam. Sumur yang tidak berhenti memancar sepanjang zaman, sumur
penuh berkah, yang keberkahan airnya terbukti sampai sekarang. Sumur ajaib yang
menjadikan lembah tandus dan gersang berubah menjadi tempat yang ramai, pusat
pusaran manusia sejagat bermunjat kepada Allah swt.
Setelah lama
merantau, maka Nabi Ibrahim rindu anak dan istrinya dan beliau kembali menemui
Hajar dan Ismail. Belum lama berkumpul dalam suasana kehangatan datanglah ujian
paling berat, perintah menyembelih putra semata wayang. Ketika itulah
lbrahim as sedang menapaki jalan terjal menuju ketinggian; menjalani detik-detik
paling menggetarkan dalam kehidupan jiwanya dan dalam scgenap gelombang sejarah
kemanusiaan; saat-saat ketika beliau melampaui batas keraguannya dan memasuki
wilayah keyakinan, dimana ia benar-benar memutuskan untuk menyembelih puteranya
tercinta, Ismail as.
Kita cermati dialog
antara kedua anak manusia itu pada detik-detik
terakhir menggapai kesepakatan besar itu;
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى
فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ
يَاأَبَتِ افْعَلْمَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Maka tatkala anak itu sampai
(pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku
sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah
apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.
(QS: 37: 102).
Tidakkah kita melihat betapa
lbrahim memanggil anaknya dengan sebutan “Bunayya; anaku tersayang?” Tidakkah
kita melihat betapa Ibrahim bertanya kepada anaknya dengan hati-hati; “Cobalah
pertimbangkan! Bagaimanakah pendapatmu tentang itu?”
Tidakkah kita
merasakan betapa Ibrahim menyembunyikan pergolakan besar yang berkecamuk di
relung hatinya? Tapi, betapa agungnya sang anak masih sanggup memanggil ayahnya
dengan panggilan sayang; “Wahal ayahku tersayang!” Tapi alangkah
agungnya sang anak ketika ia menjawab dengan tenang; “Lakukanlah apa yang
diperintahkan kepadamu!” Dan betapa tegarnya sang anak ketika ia
mengatakan; “Niscaya kan
kau dapati aku,Insya Allah, sebagai orang-orang yang sabar.”
الله اكبر الله اكبر
لا اله الاالله الله اكبر الله
اكبر و لله الحمد
Ma’aasyiral
Muslimiin Rahimakumullah
Kata qurban secara harfiyah
berarti mendekatkan diri kepada Allah, semua aktivitas yang kita lakukan dalam
rangka mendekatkan diri kita sebagai seorang hamba kepada Allah swt masuk
pengertian kurban. Penggunaan istilah kurban secara spesifik (dalam arti
sempit) adalah udh-hiyah atau an-nahr, sebagaimana arti Idul Qurban, yaitu
menyembelih hewan kurban yang dagingnya dibagikan kepada orang miskin,
sebagaimana yang dimaksud dalam QS Al-Kautsar (108): 2
إِنَّا
أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (1) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (2) “ Maka
dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah “. Akan tetapi, makna korban dalam arti umum meliputi aspek
yang lebih luas, yaitu semua jerih payah, tetesan keringat, darah dan air mata
untuk menegakkan dan menjunnjung tinggi dinullah.. Itulah dimensi kurban yang
diperankan oleh Ibrahim dan Ismail as. dan para Nabi, Rasul Allah serta para
pengikutnya yang setia.
الله اكبر الله اكبر
لا اله الاالله الله اكبر الله
اكبر و لله الحمد
Ma’aasyiral Muslimiin Rahimakumullah
Dalam jiwa kita mungkin tcrsimpan satu
pertanyaan; Mengapa kita harus selalu berkurban? Tidak bisakah Allah
menjadikan hidup ini tenang, dimana manusia hanya
menyembah-Nya, manusia hanya punya satu agama, manusia tidak berbeda dalam
pikiran, jiwa dan watak, dunia ini menjelma taman kehidupan yang indah?”
Allah mengetahui dengan baik bahwa setiap
manusia menyimpan pertanyaan itu dalam batinnya. Sama seperti Allah juga
mengetahui bahwa Dia bisa melakukan semua itu; Dia bisa membuat manusia hidup
damai dengan hanya satu agama, Tanpa pertentangan diantara mereka, tanpa
konflik, tanpa darah dan air mata, dimana hanya ada kegembiraan, dimana hanya
ada cinta, dimana hanya ada lagu-lagu kehidupan yang indah. Allah
berfirman;وَلَوْ
شَاءَ اللهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً
“…Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu
umat (saja),..(QS:5: 48).
Namun Allah
berkehendak lain, Ia menjadikan panggung kehidupan dunia ini bagi manusia
sebagai ujian dan cobaan. Dan hanya ada satu kata kunci dalam
setiap ujian dan cobaan, yaitu kita lalui dengan pengurbanan. Simak
firman Allah;
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ
أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
Yang menjadikan mati dan
hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.
Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS 67: 2,).
Tapi masih
ada satu hal lain lagi yang membuat ujian kehidupan menjadi semakin berat dan
rumit. Allah ternyata tidak menurunkan Adam dan Hawa sendiri ke bumi. Allah
menurunkan mereka berdua bersama Iblis yang akan menyesatkan Adam
beserta anak cucunya hingga hari kiamat dari jalan kebenaran.
Selain Iblis yang
ada di luar diri kita, di dalam diri kita sendiri juga terdapat unsur setan
(nafsu) yang menjadi pusat pendorong kepada perbuatan jahat. Maka hal ini telah
mienjadikan panorama kehidupan kita akan senantiasa dipenuhi konflik antara
kebaikan dan kejahatan, antara kebenaran dan kebatilan, antara tentara Iblis
dan tentara Allah.
Di sini tidak ada pilihan untuk tidak memihak. Dan karenanya
setiap orang pasti harus berkurban, sebab setiap orang pasti terlibat dalam
pertarungan abadi ini. Kalau
seseorang tidak berada dalam kubu kebenanan, pastilah dia berada dalam kubu
kebatilan. Dan tidak ada kubu pertengahan.
فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا
فِيهِ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ وَلَكُمْ فِي الأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ
وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ
Lalu keduanya digelincirkan
oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami
berfirman: “Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi
kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang
ditentukan”. (‘Q.S: 2: 36)
Demikianlah
kedua hal tersebut menjadikan pengurbanan sebagai keniscayaan hidup. Dan hanya
ada satu hal yang kelak akan memutus siklus pengurbanan yang begitu melelahkan
manusia ini; yaitu kematian! Ya. .hanya itu yang akan membebaskan kita dari pengurbanan.
الله
أكبر الله أكبر ، لا إله إلا الله الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Jamaah Idul Adha yang dimulyakan Allah swt.
Kalau pengurbanan
telah melekat begitu kuat dalam tabiat kehidupan, maka
begitulah pengurbanan menjadi wajah abadi bagi iman. Sebab Allah hendak
memenangkan agama-Nya di muka bumi dengan usaha-usaha manusia yang maksimal.
Begitulah,
pengurbanan menjadi harga mati bagi iman; dimana geliat iman kita hanya akan
terlihat pada sebanyak apa yang kita kurbankan, pada sebanyak apa yang kita
berikan dst; dan puncak dari segalanya adalah saat dimana kita menyerahkan
harta dan jiwa sebagai persembahan total kepada Allah swt. Maka bertanyalah kepada diri sendiri; sudah berapa
banyak yang kita berikan? Sudah berapa banyak kita meneteskan air mata?, Sudah
berapa banyak kita lelah?, Sudah berapa banyak?, Sudah berapa?, Sudah berapa
banyak?
Setiap mimpi kemenangan dan kejayaan
selalu diawali dengan kisah panjang pengurbanan. Maka Nabi lbrahim dinobatkan
sebagai pemimpin umat manusia setelah Ia menyelesaikan kisah pengurbanannya
yang begitu panjang dan begitu mengharubiru. Dan Rasulullah saw mencapai
kemenangan akhirnya setelah melalui masa-masa pengurbanan yang penuh darah dan
air mata.
Para nabi dan sahabat-sahabatnya telah
menggariskan jalan kemenangan itu bagi kita; bahwa harga yang harus dibayar
untuk itu adalah pengurbanan. Dan kita, kaum muslimin, yang kini terpuruk dalam
semua bidang kehidupan, kalah dalam semua medan tempur, dan harus rela untuk
hanya berada di pinggiran sejarah; harus benar-benar menyimak pelajaran itu
dengan baik. Sebab Imam Malik mengatakan: “Generasi tenakhir umat, tidak
akan menjadi baik, kecuali hanya dengan apa yang telah
menjadikan generasi pertama menjadi baik.”
الله
أكبر الله أكبر ، لا إله إلا الله الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Jamaah Idul Adha yang dimulyakan Allah swt!.
Marilah
kita memperbarui niat dan tekad untuk meningkatkan pengurbanan kita dengan:
waktu, ilmu, pikiran, harta benda, bila
perlu dengan nyawa yang kita miliki demi tegaknya agama Allah yang kelak akan
dibayar oleh Allah swt dengan surganya:
إن الله َاشْتَرَى
مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ
الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللهِ
فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ
وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْءَانِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ الله
فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Sesungguhnya
Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan
memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka
membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di
dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya
(selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu
lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. At Taubah ayat 111. (by Al
Manar)
Dalam
sejarah perjuangan bangsa, para pahlawan mengurbankan jiwa raga, harta benda
untuk kemerdekaan bangsanya. Jenderal Sudirman harus keluar masuk hutan
memimpin tentara Indonesia
berjuang melawan Belanda.
Sikap para
tokoh bangsa yang dipenjara, dibuang, dan disiksa adalah sebagai wujud dari
keyakinan mereka akan kebenaran. Ribuan nyawa yang mati adalah pengurbanan
mereka terhadap negeri ini. Tentu saja,
mereka berkurban atas dasar sikap yang mereka percaya sebagai sebuah kebenaran.
Pengurbanan para pemuda di berbagai tempat di Indonesia menghadapi penjajah,
adalah sebagai wujud dari sikap mereka mempertahankan kemerdekaan bangsa.
Saat ini Indonesia masih mengalami krisis multi wajah/demensi; dimulai
krisis ekonomi tahun 1997 kemudian menyebar keberbagai bidang kehidupan. Banyak
negara yang mengalami krisis ekonomi seperti Indonesia, misalnya Thailan,
Malaysia dsb, namun negara-negara tersebut kini sudah mulai pulih, namun
Indonesia belum beranjak dari krisis.
Mengapa Indonesia tidak kunjung sembuh
dari krisis? Karena ternyata krisis yang dialamai Indonesia adalah krisis fundamental:
krisis moral, krisis kepemimpinan dan yang tidak kalah genting adalah krisis semangat
berkorban, khususnya dari para pemimpin negeri ini. Terjangkit penyakit wahn,
yaitu cinta dunia dan takut mati.
فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللهِ وَمَا الْوَهَنُ قَالَ: حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ
الْمَوْتِ -سنن أبى داود- (12/
423)
Mereka berebut kekuasaan/jabatan untuk kepentingan
pribadi, kepentingan kelompoknya dan kepentingan jangka pendek. Banyak orang
yang tidak mau bekerja keras, namun ingin hidup enak. Menggunakan aji mumpung:
mumpung berkuasa, mumpung masih menjabat dsb, sehingga KKn di era Reformasi ini
tidak berkurang, malah merajalela, menjalar kemana-mana, bahkan yang eronis
dilaksanakan secara berjamaah.
Berkurbanlah tapi jangan menjadi kurban.
Sering kaum Muslimin sebagai kelompok mayoritas menjadi kurban. Mendorong mobil
mogok, memperjuangkan seseorang menempati jabatan tertentu, tapi begitu jadi
bukan nasib rakyat yang diperjuangkan, tapi memperkaya diri sendiri dan
koleganya.
Maka tak heran jika dulu banyak pejuang masuk penjara karena
memperjuangkan nasib rakyat, tapi kini banyak pejabat masuk bui karena
ngemplang uang rakyat. Maka tidak salah kata orang bahwa Pil Kada dan PIL KB
beda tipis. Jika lupa minum
pil bisa jadi, tapi sering bila jadi lupa pada janji.
Dalam konteks keseharian kita, seorang
pemimpin (presiden, gubernur bupati) yang adil terhadap rakyatnya dan berusaha
memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya adalah wujud pengurbanan. Seorang suami
sebagai kepala rumah tangga berjuang membanting tulang demi menafkahi dan
membahagiakan keluarganya dan seorang istri mengabdi setia kepada suaminya juga
sebagai wujud pengurbanan.
Orang tua yang mendidik dan membesarkan anak-anaknya
sehingga menjadi berhasil, adalah juga wujud pengurbanan. Wal hasil, hidup
adalah satu perjuangan dan setiap perjuangan memerlukan pengurbanan. Tidak akan
ada pengurbanan tanpa kesusahan. Setiap kesusahan pasti disusul dengan
kemudahan dan kesenangan/kebahagiaan, terutama kebahagian di alam akhirat
kelak..
Demikianlah sekelumit hikmah Idul Qurban, semoga
dapat membangkitkan semangat dan kesadaran kita selalu siap berkorban untuk kejayaan
Islam dan kaum Muslimin. Semoga Allah swt senantiasa memberi semangat kepada
kita untuk rela berkorban demi izul Islam wal Muslimin (kejayaan Islam dan Umat
Islam) Amin !
وقَالَ تَعَالَى وَلَمْ
يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ
يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍوَ عَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ،
وَعَلىَ التَّابِعِيْنِ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، رَبَّنَا
اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا
وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ، رَبَّنَا آمَنَّا فَاكْتُبْنَا مَعَ
الشَّاهِدِينَ، رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا
بِالْحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِينَ، رَبَّنَا اغْفِرْ
لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإِيمَانِ و لاَ تَجْعَلْ
فِي قُلُوبِنَا غِلاً لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ، رَبَّنَا
فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الأَبْرَارِ،
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً
وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ
عَمَّا يَصِفُونَ، وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ، وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ،
Posting Komentar untuk "PENGURBANAN SEBUAH KENISCAYAAN UNTUK MENGGAPAI KESUKSESAN"