Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

HIDUP EFEKTIF DAN EFESIEN (REFLEKSI MAKNA HIJRAH)


 Segala puji bagi Allah swt yang telah menciptakan segala sesuatu dengan ukurannya masing-masing, ruang dan waktunya telah ditentukan. Semua ciptan Allah swt memiliki kadar waktu tertentu. Untuk menghitung waktu, Allah melalui firman-Nya menyebut beberapa satuan waktu: tahun, bulan, hari, saat (jam, menit dan detik) dst. Antara lain Firman Alla swt:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ الله اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللهِ يوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ  [التوبة : 36]

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram.

            Bahwa satu tahun dalam kelender Islam (al Qur’an) ada dua belas bulan, dan satu tahun yang dimaksud adalah tahun Hijriyah, yang dihitung berdasarkan beredaran bulan mengelilingi matahari. Tonggak awal perhitungan tahun Hijriyah adalah peristiwa hijrah nabi dari Makkah ke Yasrib (Madinah). Inilah tahun kalender Islam, namun sayang kebanyakan umat Islam sendiri sering melupakan, hanya diingat pada moment-moment tertentu, saat Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha, dan tahun baru 01 Muharram, di luar itu umat Islam tidak  perhatian lagi. Misalnya, ketika diajukan pertanyaan kepada kita; tahun berapa Hijriyah kita dilahirkan, lulus sekolah, menikah dsb?, rata-rata di antara kita tidak bisa menjawab.

Faktanya, umat Islam Indonesia lebih akrab dengan tahun Masehi dari pada tahun Hijriyah. Suatu hal yang ironis bila orang Islam tidak familier dengan milikinya sendiri, tahun Hijriyah. Ke depan harus kita upayakan agar kita (umat Islam)  lebih dekat dengan kalender Hijriyah, salah satunya melalui mementum peringatan 01 Muharram ini.

Kurang akrabnya kita dengan kalender Hijrah adalah suatu persoalan tersendiri, namun yang lebih penting dalam peringatan 01 Muharram adalah mengevaluasi diri untuk penataan dan perbaikan hidup dan kehidupan kita di masa mendatang. Keadaan hidup lebih baik di masa mendatang adalah suatu keniscayaan dan menjadi keinginan banyak orang. Untuk mewujudkan impian  hidup lebih layak dan terhormat, setiap kita harus berpacu dengan waktu atau dengan jatah umur yang kita miliki. Sementara itu, harapan hidup rata-rata umat Muhammad relatif lebih pendek bila dibanding umat nabi-nabi terdahulu. Kita ambil contoh,  misalnya umur Nabi Nuh as. yang mencapai 950 tahun, bandingkan dengan sabda Rasulullah saw.:        

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ - صلى الله عليه وسلم- « عُمُرُ أُمَّتِى مِنْ سِتينَ سَنَةً إِلَى سَبْعِينَ سَنَةً - سنن الترمذى - (9 / 123 (

Dari Abi Hurairah, Rasulullah saw bersabda:”Umur umatku antara 60 samapi 70 tahun”.

            Secara matematis bilangan umur kita bertambah, namun dari sisi jatah hidup semakin berkurang, karena jatah hidup tiap-tiap mahluk Allah swt, termasuk manusia telah ditentukan oleh-Nya. Firman Allah swt:

وَهُوَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُمْ بِاللَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُمْ بِالنَّهَارِ ثُمَّ يَبْعَثُكُمْ فِيهِ لِيُقْضَى أَجَلٌ مُسَمًّى ثُمَّ إِليْهِ مَرْجِعُكُمْ ثُمَّ يُنَبئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ [الأنعام : 60]

Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur (mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan.

Persoalannya adalah bagaimana kita memanfaatkan sisa umur yang terbatas dengan efektif dan efesien agar memperoleh daya guna dan hasil guna yang maksimal. Kiranya ada beberapa kiat yang perlu kita perhatikan dan segera kita lakukan, yaitu:

1.     Hidup Aktif bukan Reaktif.

 Untuk memberi makna hidup yang lebih berguna dan berhasil guna terhadap diri sendiri dan orang lain, maka kita harus aktif, kreatif, dinamis dan inovatif. Hidup aktif membuahkan nilai positif karena akan banyak menyelesaikan masalah, membantu dan mendorong orang lain untuk berkarya dan menjadi teladan bagi lingkunganya. Sementara hidup yang reaktif akan melahirkan nilai negatif karena cendrung berprasangka buruk pada orang lain, iri hati, mencari keburukan orang lain, tidak kreatif, malas dan akhirnya tidak produktif. Bila belum bisa hidup aktif sekurang-kurangnya responsif terhadap persoalan yang dihadapi.

Hidup aktif sejalan dengan semangat/ruh ajaran Islam. Islam mendorong pemeluknya untuk banyak berbuat, baik untuk dirinya sendiri, keluarga dan orang lain di dunia maupun di akhirat kelak.

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى الله عمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ [التوبة : 105]

Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan".

وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ الله جمِيعًا إِنَّ الله علَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ  [البقرة : 148]

Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

وَيُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَأُولَئِكَ مِنَ الصَّالِحِينَ [آل عمران : 114]

….dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh.

Bersegera untuk berbuat baik tidak ada ruginya karena kebaikan yang kita lakukan, baik langsung atau tidak langsung manfaatnya akan kembali kepada kita juga, semakin banyak kebaikan yang kita investasikan semakin banyak pula keuntungan yang akan kita raih.

2.     Berorentasi pada Tujuan Akhir.

Setiap kegiatan yang kita lakukan harus dalam rangka mencapai tujuan akhir. Tujuan akhir sebagai insan beriman adalah menggapai ridha Allah swt. Maka dalam setiap aktifitas yang kita kerjakan harus senantiasa kita pertanyakan ulang, Allah swt  ridha apa gak? Jika dalam setiap aktifitas yang kita kerjakan selalu berorentasi pada tujuan akhir, maka hidup kita akan menjadi lebih efektif dan waktu tidak akan terbuang dengan percuma begitu saja. Kita tidak mudah terseret pada perbuatan yang sia-sia, mubadzir dan mendapat murka Allah swt. karena murka Allah swt akan menjauhkan kita dari rahmat-Nya. Sebaliknya bila hidup kita senantiasa di atas keridhaan-Nya, maka keberuntungan besar (kebahagian dan kesejahteraan) akan senantiasa menyertai kita di dunia dan akhirat.

رَضِيَ الله عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ  [المائدة : 119]

…Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha terhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang paling besar".

 إِلا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبهِ الأعْلَى (20) وَلَسَوْفَ يَرْضَى [الليل : 20 ، 21]

…tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya Yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.

Dalam melakoni hidup dan kehidupan ini, disamping kita punya tujuan akhir juga ada tujuan antara, ingin:  kaya, berpangkat dan banyak keturunan (Jawa: harta, tahta dan wanita) atau property, prestige and power.  Tujuan antara yang kita bangun harus mengarah kepada tujuan akhir  (ultimate goal) karena pada tujuan akhir inilah bermuara segala daya upaya dan energi yang kita kerahkan, bila energi yang kita kerahkan tidak mengarah ke tujuan akhir maka akan sia-sia belaka dan hidup akan kehilangan kendali.Peringan Allah swt:

 

أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ (1) حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ (2) كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ  [التكاثر : 1 - 3]

Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur.

3. Mendahulukan yang Utama.

Kita hidup mememiliki waktu yang terbatas, agar hidup kita efektif maka kita harus pandai dalam memenej waktu. Mana urusan yang harus kita kerjakan lebih dahulu dan mana yang harus dikemudiankan. Kita buat skala prioritas, yang utama dan terpenting kita selesaikan lebih dahulu baru kemudian yang penting, kurang penting dan terakhir yang remeh temeh. Jangan terjebak pada hal-hal yang tidak penting, sehingga mengabaikan yang penting yang  pada akhirnya hidup kita tidak produktif. Kembalikan dahulu pada tupoksi (tugas pokok dan funsi)! Sebagai Muslim, tugas pokok dan fungsi kita hidup di dunia ini adalah untuk beribadah/menghamba  kepada Allah swt dan sebagai khalifahnya (wakilnya) di bumi. Firman Allah swt:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ [الذاريات : 56]

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.

قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي للهِ رَب الْعَالَمِينَ  [الأنعام : 162]

Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam,

...هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الأرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبي قَرِيبٌ مُجِيبٌ  [هود : 61]

... Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (do`a hamba-Nya)."

      Kita harus pandai  memilah dan memilih; juga  memadukan antara tugas ritual dan tugas kekhalifahan. Dimana dan kapan harus dipilah untuk didahulukan yang satu dan dikemudiankan yang lain, serta mana yang lebih utama untuk  dipadukan atau dipisahkan. Disinilah pentingnya peran fiqh prioritas, sehingga kita tidak terjebak pada urusan-urasan kecil/furu’ dengan mengabaikan urusan-urusan besar/ushul yang pada giliranya secara individu dan kolektif kita tertinggal dengan orang lain/umat lain.

3.     Membuat Sinergi.

Bahwa manusia diciptakan oleh Allah sebagai mahluk sosial/zon politikon, yaitu mahluk yang punya kecendrungan untuk hidup berkelompok. Dalam kehidupan berkelompok dituntut untuk bekerjasama saling menguntungkan (simbiosis mutualis) dan dalam bekerja sama harus diciptakan suatu sinergi supaya hasil yang dicapai lebih optimal. Kerjasama yang harus kita bangun adalah kerjasama dalam kebaikan dan ketqwaan untuk menghadirkan kedamaian dan kesejahteraan, bukan kerjasama dalam perbuatan dosa dan permusuhan yang menimbulkan kerusakan.

َتعاوَنُوا عَلَى الْبِر وَالتَّقْوَى وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى الإثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا الله إِنَّ الله شدِيدُ الْعِقَابِ [المائدة : 2]

...Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.

وَاللهفِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيهِ ... صحيح مسلم - (8 / 71)

Allah akan senantiasa menolong hambanya, selama hamba tersebut menolong saudaranya...”

قَدْ قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم : خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاس )رواه الطبراني(الموسوعة الفقهية الكويتية - (34 / 181(

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat pada manusia lainya”.

      Bila kita senantiasa berbuat baik kepada orang lain, maka orang lain tersebut akan berbuat baik kepada  kita juga, kebaikan akan dibalas dengan kebaikan. Manfaat saling membantu, menolong, berbalas budi adalah terciptanya sinegi dan dengan sinergi hidup menjadi efektif dan efesien.

4.     Berfikir Win-Win Solution

      Hidup adalah rangkaian dari persoalan/masalah, tidak berani menghadapi masalah jangan hidup. Subtansinya, bagaimana kita menyelesaikan masalah hidup (problem solving). Metode yang paling indah dan elegan dalam menyelesaikan masalah antara lain melalui win–win solution.  Win–win solution artinya jalan keluar yang sama-sama menang, tidak ada yang kalah atau dikalahkan, semua merasa senang karena semua orang diperlakukan sebagai  kawan dan shahabat, bukan lawan apalagi musuh.           Berfikir mengalahkan atau  meniadakan banyak menguras energi sehingga hidup tidak efektif dan efesien. Befikirlah positip, ajak semua orang untuk bergabung, berikan yang terbaik untuk mereka, maka hidup kita akan lebih baik keadaannya.

ويَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلا تَجَسَّسُوا وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا  [الحجرات : 12]

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain.

      Berburuk sangka, mencari kesalahan orang dan membicarakan aib orang tidak ada gunanya, malah membuat sakit hati dan dada merasa sempit yang berakibat berfikir tidak sehat dan kerja tidak produktif. Lebih baik mencari kelemahan diri sendiri dan berlapang dada terhadap kekurangan orang lain, sehingga  membuat kerja otak kita lebih cerdas, kreatif dan inovatif yang pada giliranya hidup kita lebih enjoy dan happy.

5.     Bisa Merasa Jangan Merasa Bisa.

Banyaklah belajar dari pengalaman orang lain dan lingkungan sekitar supaya kita lebih dewasa. Kata orang bijak, “Tua itu itu pasti, tapi dewasa itu pilihan”. Tuhan ciptakan dua mata dan dua telinga dan satu mulut, artinya banyaklah membaca dan mendengar baru berbicara yang seperlunya dan secukupnya. Sering orang banyak bicara dan sedikit kerja, yang baik  “ do more talkless”. Jika kita banyak bicara sedikit membaca dan mendengar, kita akan merasa hebat, mampu, bahkan akan menjadi sombong; sementara kemampuan kita belum seberapa.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ الله - صلى الله عليه وسلم - وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِا لله وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ » صحيح البخارى - (20 / 133)

Dari Abi Hurairah, Rasulullah saw bersabda:”..dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berkata benar atau diam”.

عَنْ جَابِرٍ قَالَ قِيلَ : يَا رَسُولَ الله أَىُّ الإسْلامِ أَفْضَلُ؟ قَالَ :« مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ » سنن الدارمى - (8 / 406)

Dari jabir, dia berkata: Rasulullah ditanya tentang siapa orang Islam  yang utama. Rasul bersabda:”Orang Islam yang orang lain merasa aman dari gangguan lisan dan tangannya”.

      Sikap dan sifat merasa bisa cendrung meremehkan orang lain dan sulit menerima nasehat orang lain. Orang  yang merasa bisa akan terkungkung dalam kebodohanya dan biasanya bekerja tidak efektif dan produktif. Orang yang bisa merasa akan bertindak lebih arif dan bijaksanya sehingga tindakannya efektif dan efesien.

6.     Senantiasa Mengasah Kemampuan.

Hidup yang efektif salah satu indikatornya adalah manakala kemampuan kita semakin hari semakin maju dalam segala bidang, tentunya bidang-bidang yang memberikan kontribusi dalam ketaqwaan dan amal shaleh. Kualitas hidup akan meningkat seiring dengan peningkatan ilmu dan ketrampilan yang diaplikasikan dengan amal shaleh.

ورواه الدَيلمي بسندٍ ضعيفٍ عن علي رضيَ اللهُ عنه مرفوعاً قال: من استوى يومه فهومغبون، ومن كان آخريوميه شراً فهو ملعون، ومن لم يكن على الزيادة فهو في النصان، ومن كان في النقصان فالموت خيرلهُ - .فتاوى الشبكة الإسلامية - (72 / 34)

Ungkapan dari shahabat Ali yang diriwayatkan dari Ad Dailami: “Barang siapa yang keadaan hari ini sama dengan kemarin maka ia merugi dan barang siapa keadaan hari ini lebih jelek dari kemarin maka dia terlaknat. Barang siapa yang tidak bertambah (kebaikan dan taqwa) maka dia akan berkurang, dan siapa yang berkurang maka kematian lebih baik baginya”.

Hidup maknanya bergerak dan berkembang, bergerak maju dan berkembang menjadi lebih banyak, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Stagnan dan diam berarti mati. Apa gunanya hidup yang sebenarnya telah mati, wujuduhu kaadamihi (adanya seperti tidak adanya), bahkan menjadi beban dan tanggungan orang lain.

Bila langkah-langkah tersebut kita wujudkan dalam kehidupan nyata, maka kita akan punya waktu dan peluang yang cukup untuk menata masa depan yang lebih indah dan ceria dan menggapai sukses inhere and hereafter, in the world and nex world. Walahu ‘alam bishawab.

 

  

Posting Komentar untuk "HIDUP EFEKTIF DAN EFESIEN (REFLEKSI MAKNA HIJRAH) "