Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Isra Mikraj Perjalanan Spektakuler


{سُبْحَان} أَيْ تَنْزِيه {الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ} مُحَمَّد صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ {لَيْلًا} نُصِبَ عَلَى الظَّرْف وَالْإِسْرَاء سَيْر اللَّيْل وَفَائِدَة ذِكْره الْإِشَارَة بِتَنْكِيرِهِ إلَى تَقْلِيل مُدَّته {مِنْ الْمَسْجِد الْحَرَام إلَى الْمَسْجِد الْأَقْصَى} بَيْت الْمَقْدِس لِبُعْدِهِ مِنْهُ {الَّذِي بَارَكْنَا حَوْله} بِالثِّمَارِ وَالْأَنْهَار {لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتنَا} عَجَائِب قُدْرَتنَا {إنَّهُ هُوَ السَّمِيع الْبَصِير}

Subahana (kalimat tasbih), mensucikan Allah swt dari ungkapan kotor kaum kafir dan munafik dalam merespon   peristiwa Isra’ dan Mi”raj. Asraa (memperjalankan), maksudnya perjalanan isra’ mi’raj dimanej oleh Allah swt, tentu bukan perjalanan biasa dengan teknologi manusia.  Abdihi (hambanya), yakni Rasulullah Saw, seorang manusia paripurna dalam menghamba kepada Alla swt, . Diperjalankan  secara ruhani dan jasmani.

Lailan (semalam) perjalanan super jauh hanya ditempuh semalam. Dari Masjidil Haram di Makah ke Masjid Aqsha di Palistina sejauh 1.500 km. Lalu naik dari langit pertama sampai ke tujuh dan finish di Sidratul Muntaha hanya ditempuh semalam. Jadi perjalanan super cepat yang pernah ditempuh manusia sepanjang zaman.

Peristiwa Isra’ Mi’raj merupakan peristiwa yang spektakuler yang sampai hari ini ilmu dan teknologi manusia belum mampu menjangkau. Bagaimana jarak yang amat jauh hanya ditempuh  satu malam. Ketika itu perjalan dengan unta dari Makkah ke Palistina ditempuh selama 40 malam. Belum lagi naik ke langait ke tujuh sampai sidratul Muntaha tak terbayangkan.

            Kecapatan yang bisa diukur saat ini adalah kecepatan cahaya. Cahaya menempuh  jarak 300.000 km per detik atau 8 kali keliling bumi. Jarak dari bulan ke bumi sekitar 350.000 kilometer. Karena kecepatan cahaya sekitar 300.000 kilometer per detik, maka cahaya bulan itu membutuhkan waktu lebih dari satu detik untuk sampai ke bumi.

Hal itu juga terjadi ketika kita melihat matahari, karena jarak matahari – bumi sekitar 150 juta kilometer, maka kecepatan cahaya membutuhkan waktu 8 menit untuk sampai ke bumi. Jika kendaraan Nabi Muhammad Saw.  itu Buraq dari kata barqun = kilat/cahaya, maka Masijid Haram – Masjid Aqsha sejauh 1.500 km butuh waktu tempuh 1/200 detik

Isra Miraj bila dipahami dengan pendekatan sains  (rasional-empirik), yakni masuk akal dan dapat dilakukan siapapun secara berulang, tentu belum masuk di akal manusia. Tidak masuk akal  bukan karena  peristiwa itu tidak ada, tapi otak manusia terlalu kecil untuk memahami peristiwa besar itu.

Tentu yang pas dengan pendekatan sains Islam (rasional-spekulatif-ideologis) atau pendekatan iman. Karena Isra’ Mi;raj itu kehendak Allah swt apapun bisa terjadi.

 Menurut akal manusia ada bayi jika ada ayah-ibu. Maryam melahirkan bayi tanpa suami dan Adam AS ada tanpa ayah dan ibu. Zaman sekarang banyak wanita meniru Mayam punya anak gak ada suami? 

Mungkinkah fisik manusia badan kasar/wadak bisa menempuh kecepatan cahaya, apakah tidak terbakar atau hancur? Kalau dengan kendaraan super canggih tentu bisa, kayak kita naik pesawat.

Pendekatan iman harus diyakini dulu baru dibuktikan atau terbukti kemudian. Pendekatan sains empirak/otak harus diuji dulu baru dipercaya dan diambil tindakan. 

Begitu Rasulullah saw bercerita tentang Isra’ Mi’raj Abu Bakar langsung percaya, bahkan lebih dari itu, maka beliau diberi gelar As Shidiiq  (yang selalu benar/jujur), shighot mulaghoh dari as shidqu.

Beda dengan Corona. Ada yang bercerita bahwa Corona datang kepada salah seorang kiai badannya bulat dan berekor panjang serta penuh lendir, Corona bercerita tentang misi kehadirannya dan akan segera pulang.

Sementara menurut ahli virus Corona itu mahluk yang sangat kecil, bisa dilihat dengan alat pembesar, ya semacam sel protein yang bisa masuk ke dalam tubuh manusia dan bikin kerusakan dalam organ tubuh manusia, tapi dia mudah mati bila kenaicairan semacam diterjen dsb. Karena berdasar penelitan maka  ahli virus yang kita percaya.

Mi’raj itu naiknya Nabi Muhammad  Saw. ke langit, dari langit pertama/sama’ dunya sampai ke langit ke tujuh dan Sidratul Muntaha. Sebagian ulama menjelaskan bahwa masjid Haram – masjid Aqsha itu  alam nasut, langit pertama sampai ke tujuh itu alam malakut dan Sidratul Muntaha itu alam Lahut, malaikat pun tidak bisa tembus.

Teori fisika/relativitas, langit pertama/sama’ dunya itu alam tiga demensi, langit kedua empat demensi, dst. langit  ketujuh alam sembilan dimensi, Sidratul Muntaha di luar ruang dan waktu.

Semakin hari bukti kebenaran Al Qur’an semakin terkuak. Untuk memahami peristiwa Isra’ Mi’raj saat ini semakin mudah karena teknologi transportasi dan informasi telah berkembang pesat. Melalui media internet kirim foto, video, surat dalam waktu beberapa detik dari Indonesia  sampai ke Newyork USA. Meskipun secara hardcopy hal demikin belum mampu dilakukan, tapi tidak mustahil ke depan akan dapat dicapai.

Kemampuan manusia memindahkan barang/hardcopy dari tempat yang jauh hanya beberapa detik terjadi pada zaman Nabi Sulaiman as. yang mengalahkan kemampun Ifrit dedengkotnya Jin.  Dikisahkan dalam surat Naml 38-40:

قَالَ عِفْرِيتٌ مِنَ الْجِنِّ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ تَقُومَ مِنْ مَقَامِكَ وَإِنِّي عَلَيْهِ لَقَوِيٌّ أَمِينٌ (39) قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ (40)

'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin berkata, "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; Sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya.” Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab, "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata, "Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat­Nya). Dan barang siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri; dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya lagi Mahamulia.”

         Tidak menutup kemungkinan di masa depan ditemukan teknologi yang super cepat sehingga dapat memindahkan bangunan raksasa dari satu tempat ke tempat yang jauh hanya dalam hitungan detik, seperti kemampuan seorang hamba Allah di zaman Nabi Sulaiman as. Walahu a’lam bi shawab

2 komentar untuk " Isra Mikraj Perjalanan Spektakuler"