Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menjaga Kemuliaan dalam Pergaulan

 



azahri.com ~ Dorongan ingin bergaul adalah naluri alamiah  bagi manusia sebagai pemberian Sang Khalik. Manusia termotivasi untuk selalu berinteraksi antara satu dengan yang lain. Maka manusia menjalin pertemanan, baik di dunia nyata maupun di dunia maya, membentuk komunitas, berorganisasi

Itulah manusia yang disebut oleh Aristoteles sebagai zoon politikon (makhluk sosial).  Makhluk yang saling bergantung satu dengan lainya, bergotong royong guna memenuhi hajat hidupnya serta menjalin kerjasama dalam tata pergaulan yang harmonis.

Pergaulan saat ini tidak lagi dibatasi oleh ruang atau teritorial suatu negara, serba melintasi dan mendunia. Dalam  pergaulan global saling mempengaruhi atau interaksi antar budaya  cepat menyebar, terlebih  melalui dunia maya. Bila integritas kita lemah dampak negatif yang justru akan kita dapat bukan manfaat.

 Saat ini telah kita saksikan bahwa pornografi dan berita hoaks sulit dibendung, membanjiri jagat dunia digital kita. Bila tidak ada tindakan nyata dan segera dari pihak yang berkompeten lambat laun nilai-nilai agama, norma hukum dan norma susila kian redup dan luruh, terutama berkenaan dengan pergaulan antara pria wanita. 

Hubungan pra nikah bukan hal yang tabu lagi, malah menjadi hal yang wajar. Sungguh ironi karena  kita berada di negara mayoritas berpenduduk muslim yang secara individu maupun kolektif mempunyai tanggungjawab amar makruf nahi mungkar.

Untuk menjaga kemuliaan atau harkat dan martabat kita sebagai manusia, khususnya sebagai muslim, maka harus senantiasa kita tegakkan dan kita junjung tinggi adab pergaulan  dalam prespektif Islam  agar kita tidak terjerumus dalam perbuatan dosa seperti zina atau maksiat lainnya.

Sesungguhnya Islam  protektif terhadap harkat dan martabat manusia dalam pergaulan pria wanita. Semua pintu atau celah yang mengarah kepada pergaulan bebas ditutup. 

Ada pameo kuno “ Dari mana datangnya lintah? dari sawah turun ke kali. Dari mana datangnya cinta? Dari mata turun ke hati” , maka Islam mengajarkan menundukkan pandangan kepada lain jenis.  Firman Allah Swt:

قُل لِّلْمُؤْمِنِيْنَ يَغُضُّوْا مِنْ أَبْصٰرِهِمْ وَيَحْفَظُوْا فُرُوْجَهُمْ ذَالِكَ أَزْكَىٰ لَهُمْ إِنَّ اَللّٰهَ خَبِيْرٌ بِمَا يَصْنَعُوْنَ

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat”. (QS. An-Nur [24]: 30)

Ayat tersebut diatas memerintahkan kepada kaum pria untuk menjaga pandangan mereka, memandang lawan jenis dengan wajar sehingga tidak menimbulkan nafsu syahwat. Bukan menyuruh untuk memejamkan mata ketika bertemu wanita, tetapi memelihara diri dari hal-hal yang dapat merangsang nafsu syahwat terhadap wanita yang dipandang itu.

Perintah menundukkan pandangan juga berlaku sebaliknya, wanita kepada pria :

قُل لِّلْمُؤْمِنٰتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصٰرِ هِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوْجَهُنَّ وَلاَيُبْدِيْنَ زِيْنَتَهُنَّ إِلاَّ مَا ظَهَرَ مِنْهَا ...

Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.... (QS. An-Nur [24] :31)

Ayat di atas mengharuskan kita untuk selalu menjaga kesucian hubunga pria dan wanita. Mengarahkan hubungan pria dan wanita agar terhindar dari fitnah dunia. Menghindarkan mereka dari perbuatan mungkar dan keji.

Selain menundukkan pandangan Islam juga melarang pria dan wanita berduaan tanpa adanya mahram diantara mereka. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw:

لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّوَمَعَهاَذُو مَحْرَمٍ

“Jangan sekali-kali bersepi-sepian seorang pria dan wanita kecuali bersama muhrimnya.”(HR Mutafaqun alaihi).

Hadist tersebut sebagai landasan untuk menetapkan etika pegaulan antara pria dan wanita yang halal menikah. Larangan tersebut mempunyi tujuan yang sama dengan  perintah untuk menjaga pandangan mata, yakni  demi kesucian dan kemuliaan manusia.

Kalau saling pandang memandang dengan nafsu syahwat dilarang, maka berduaan lebih dilarang lagi, karena itu lebih mendekatkan pada perzinaan. Bersentuhan dan bersalaman dengan yang bukan mahram juga harus dihindari, meskipun ada pendapat bahwa bersalaman dengan lain jenis dibolehkan sepanjang tidak ada syahwat dan fitnah. 

Bagaimana tidak akan timbul syahwat dan fitnah jika keduaanya masih punya nafsu, kecuali dengan kakek dan nenek yang tua renta. Rasulullah Saw bersabda, dari Ma’qil bin Yasar;

لأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ رَجُلٍ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لا تَحِلُّ لَهُ

Ditusuknya kepala seseorang dengan jarum  dari besi, sungguh lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang bukan mahramnya.” (HR. Thobroni dalam Mu’jam Al Kabir 20: 211)

Selain menundukkan pandangan, berkhalawat dan jabat tangan. Bagi wanita janganlah berpakaian yang ketat dan tipis, sehingga menimbulkan rangsangan syahwat yang melihat bentuk tubuhnya. Dalil antara lain dari Abu Hurairah ra, beliau berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,

صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا

Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: (1) Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan (2) para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, padahal baunya dapat tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR. Muslim No. 2128).

Di antara maksud dari berpakaian namun telanjang adalah berpakaian kelihatan  auratnya, berpakaian tipis dan  ketat yang menampakkan bentuk lekuk tubuh.

Adab selanjutnya,  wanita hendaknya membatasi diri ketika berbicara, artinya jangan berbicara hal-hal yang menggairahkan laki-laki, atau mengeluarkan suara yang menimbulkan birahi. Kemudian masing-masing pria wanita harus menghindari tempat yang berdesak-desakan, atau tempat gelap dan sempit dan seterusnya.

Wal hasil, pergaulan pria dan wanita adalah sunatullah karena Allah Swt menciptakan pria dan wanita untuk saling mengenal (ta’aruf).  Namun  Islam memberikan rambu-rambu yang antara lain sebagaimana diuraikan di atas agar kemuliaan manusia tetap terjaga dan mendatangkan manfaat serta kebaikan bagi kedua belah pihak dunia akhirat

Posting Komentar untuk "Menjaga Kemuliaan dalam Pergaulan"