Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Manusia Makhluk Terbaik


Generasi Muda Harapan Bangsa 

            azahri.com Allah swt. telah  menciptakan manusia   dalam sebaik-baik bentuk, baik fisik maupun psikis. Bentuk fisik atau badan kasar/hardware yang sempurna dan seimbang dari letak dan fungsi masing-masing organ. Organ luar dari ujung rambut sampai telapak kaki nampak indah dan serasi serta memliki fungsi masing-masing yang saling bersinergi.   Namun yang lebih menakjubkan lagi  bila manusia dilihat dari segi non fisik/software, manusia  memiliki perangkat lunak yang lengkap yang tidak dimilki makhluk manapun, baik yang kasat mata  maupun yang tersembunyi. 

Manusai memang luar biasa,  punya  naluri, nafsu, panca indra, perasaan, hati dan  akal yang dengannya layak menyandang makhluk terbaik.  Allah Swt telah menyatakan dalam firman-Nya,  surat At Tin ayat 4 :  لَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ   (sungguh Aku telah ciptakan manusia sebaik-baik bentuk).

Manusia tidak hanya sebagai makhluk terbaik tapi juga menjadi mahluk yang mulia, sekiranya potensi yang dimilki digunakan sebaik mungkin sesuai kemauan Sang Pemberi. Diberi mata untuk melihat kebesaran Allah Swt, diberi telinga untuk mendengar ayat-ayatnya, diberi tangan untuk berbuat kebajikan dan seterusnya. 

Dengan kata lain,  manusia dituntut untuk menjaga dan merawat kemuliaannya dengan senantiasa menggunakan potensi fisik dan psikisnya ke jalan yang benar dan luhur, tidak mengotori dan mencemari dirinya dengan prilaku maksiat dan menyimpang.

Melalui nikmat ciptaan terbaik  dan petunjuk agama itulah cara Allah swt memuliakan manusia, maka seharusnya manusia memuliakan dirinya sendiri dan memuliakan sesama. Suami memuliakan istri, istri memuliakan suami, anak memuliakan orang tua dan sebaliknya. Tiada hari tanpa saling memuliakan dan menghargai. Firman Allah swt:

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِىٓ ءَادَمَ وَحَمَلْنَٰهُمْ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ وَرَزَقْنَٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَفَضَّلْنَٰهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍۢ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًۭا

Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.(QS. Al Isra’ [17]: 70)

Namun dalam menjalani  kehidupan di dunia fana ini tidak semua manusia dapat mempertahankan kemuliaan itu sampai penghujung jalan. Banyak manusia yang lalai menjaga kemuliaannya dengan cara  menggunakan potensi keunggulan di jalan yang tidak benar. 

Menyalah gunakan potensi keunggulannya dengan cara melawan hukum Allah Swt,  hukum positip dan budaya luhur. Suka membuat keonaran di tengah masyarakat dan kerusakan di bumi. Manusia demikian  akan jatuh ke lembah kehinaan di hadapan Allah swt maupun di hadapan manusia.   Ayat berikutnya menyatakan:ثُمَّ رَدَدْنَٰهُ أَسْفَلَ سَٰفِلِينَ  kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya,

Mengapa banyak manusia tidak bisa menjaga kemuliaannya? Boleh jadi ia tidak menyadari bahwa ia makhluk yang mulia atau tidak tahu cara memelihara kemuliannya. Padahal  kemuliaan manusia akan tetap melekat pada dirinya manakala ia mampu menjaga diri  dengan sebaik-baiknya. Memegang teguh panduan yang diberikan Syari’ (Sang Pengatur) kehidupan.

Kemuliaan manusia tak akan berkurang, meskipun di dunia ia tak memiliki kekayaan, kedudukan, jabatan ataupun pendukung, selama ia tetap berpegang teguh pada aturan syar’i, peraturan perundangan dan budaya luhur yang sejalan dengan syariat.

Di antara manusia ada yang merasa bahwa dirinya menjadi mulia bila berhasil mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Ada yang merasa mulia kalau berhasil memiliki ilmu yang tinggi atau gelar yang berderet. Ada pula yang menganggap dirinya akan menjadi mulia jika berhasil menduduki jabatan dan meraih kekuasaan yang tinggi. Ada pula seorang merasa mulia karena dilahirkan dari keturunan kaum bangsawan, anak dari suku tertentu, atau berasal dari bangsa tertentu. 

 Al-Quran telah mensinyalir bahwa ada manusia yang ketika diuji Allah Swt. dengan harta benda yang melimpah ruah, lantas dia berkata bahwa Allah Swt. telah memuliakannya, tapi ketika harta itu dicabut atau dikurangi, lantas berkata bahwa Allah Swt. telah menghinakannya:

فَأَمَّا ٱلْإِنسَٰنُ إِذَا مَا ٱبْتَلَىٰهُ رَبُّهُۥ فَأَكْرَمَهُۥ وَنَعَّمَهُۥ فَيَقُولُ رَبِّىٓ أَكْرَمَنِ  وَأَمَّآ إِذَا مَا ٱبْتَلَىٰهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُۥ فَيَقُولُ رَبِّىٓ أَهَٰنَنِ

Maka adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kesenangan, maka dia berkata, “Tuhanku telah memuliakanku.” Namun apabila Tuhan mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, “Tuhanku telah menghinaku.” (QS. Al-Fajr [89]: 15-16).

Kemuliaan itu tidak diukur dari tingkat kekayaan, keilmuan, atau kekuasaan seseorang. Kemuliaan  dalam pandangan Islam  diukur dengan ketakwaan. Firman Allah Swt

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍۢ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًۭا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌۭ

Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.( QS. Al-Hujurât [49]: 13)

Ketakwaan merupakan perpaduan iman dan amal saleh. Kata Iman bila disandingkan dengan kata amal saleh bermakna keyakinan yang kokoh dalam hati, sementara amal saleh merupakan perwujudan iman dalam tindakan nyata dalam hubungan dengan Allah Swt. (keshalihan pribadi), maupun hubungan sesama manusia. (keshalihan sosial). Kemuliaan hanya dapat diraih bila dua sisi itu disatukan secara seimbang.

Manusia yang terlahir mulia tidak semua menjadi mulia. Godaan-godaan nafsu yang seringkali dikemas dengan indah dan menggiurkan membawa seseorang kepada kehinaan,. Betapa banyak seseorang yang ketika miskin mampu mempertahankan kemuliaannya, namun ketika berkecukupan harta, terpuruk dan hina. 

Ketika belum banyak ilmu, dengan keluguannya, mentaati aturan-aturan, tapi semakin pandai, semakin banyak aturan yang diakali, hingga menjatuhkan dirinya ke lembah hina. Ditangkap KPK dan berlanjut sebagai penghuni hotel prodeo. 

Ketika tidak mempunyai kekuasaan yang dapat dibanggakan, dia menjalani hidup secara wajar, namun semakin tinggi kekuasaan yang diraih, kesombongan dan keangkuhan yang menjadi penampilannya. Ayat berikutnya dalam surat At Tiin:

إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍۢ

kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; maka mereka akan mendapat pahala yang tidak ada putus-putusnya.(QS  At Tiin [95]: 6)

Kemuliaan dapat lestari hanya dengan iman dan amal shaleh, bukan dengan lainya. Bukan ditimbang banyak sedikitnya harta dan ilmu, tinggi rendahnya pangkat dan kedudukan, namun tergantung apa yang bisa diberikan dengan ikhlas semata karena Allah swt.   

 Apa gunanya harta kalau tidak memberi manfaat bagi yang membutuhkan, apa gunanya ilmu jika tidak mencerdaskan dan mencerahkan yang dungu, apa gunanya pangkat dan jabatan bila tak mampu membela yang lemah. Wallahu a'lam bi shawab.

 

Posting Komentar untuk "Manusia Makhluk Terbaik"