Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

PENGUATAN IMAN MODAL MELAWAN MATERIALIME, SEKULARISMEI DAN NATIVISME

A.  Pengantar

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمُلْكُ وَلَهُ اْلحَمْدُ وَهُوِ عَلىَ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ البَشِيْرُ النَّذِيْرُ. صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلىَ آلِهِ وَأَصَحَابِهِ وَمَنِ اقْتَدَى بِهَدْيِهِمْ إِلىَ يَوْمِ اْلحَشْرِ وَاْلمَصِيْرِ

Menurut bahasa ايمان  berasal dari kata امن ـ يأمن – امن artinya aman, tenang. Mengikuti wazan افعل ـ يفعل ـ افعال  menjadi يؤمن ـ ايمان  آمن ـ percaya, yakin dst. Imam Bukhari berkata dalam awal kitab shahihnya,

وهو قول وفعل يزيد وينقص والحب في الله والبغض في الله من الإيمان

“Iman itu perkataan dan perbuatan, bisa bertambah dan bisa berkurang.” Sampai beliau berkata, “Cinta karena Allah dan benci karena Allah adalah bagian dari iman.” (Shahih Al Bukhari dalam Kitab Al Iman)

Menurut pengertian istilah atau syara’

ابن تيمية - أحمد بن عبد الحليم بن تيمية الحراني  -مجموع فتاوى ابن تيمية  - صفحة 388  جزء 7   اعلم يرحمنا الله وإياك : أن الإيمان تصديق بالقلب وقول باللسان وعمل بالجوارح وذلك أنه ليس بين أهل العلم خلاف

“ Meyakini dalam hati, mengucapkan dengan lisan dan merealisasakan dengan amal perbuatan”  Hal demikian tidak ada perbedaan diantara ahli ilmu.

            Meyakini sepenuh hati. Artinya kebenaran Dinul Islam harus  mengakar dalam hati sanubari kita, mendarah daging. Tidak boleh ada kebimbangan dan keraguan sedikitpun tentang kebenaran Islam (keesaan Allah swt, kerasulan Muhammad saw. dsb). Mengucapkan dengan lisan,  maksudnya mengucapkan dua kalimah syahadat, "Asyhadu an Laa ilaha illallahu, Asyhadu anna Muhammadur Rasulullah"; sebagai perwujudan isi hati yang tersembunyi. Mewujudkan iman dalam perbuatan nyata adalah merupakan pembuktian iman yang ada dalam hati seseorang. Karena amal adalah perwujudan dari iman, maka iman itu bisa bertambah dan berkurang seiring dengan bertambah dan berkurangnya amal shalih.

           Paman Nabi SAW, Abu Thalib meskipun sudah meyakini kebenaran ajaran Rasulullah SAW dan membela dakwah Islam, beliau masih digolonghkan kafir karena tidak mau mengucapkan dua kalimah syahadat. Keengganannya mengucapkan dua kalimah syahadat karena takut dicerca atau di-bully oleh tokoh kafir Quraisy. Hal mana terungkap dalam syair beliau:

 وَلقَدْ عَلِمْتُ بِأَنَّ دِينَ مُحَمَّدٍ ... مِنْ خَيْرِ أَدْيَانِ الْبَرِيَّةِ دِينَا

لَوْلا الْمَلامَةُ أَوْ حِذَارِ مَسَبَّةٍ ... لَوَجَدْتَنِي سَمْحاً بِذَاكَ مُبِينَا

Sungguh aku tahu bahwa agama Muhamad....sebaik-baik agama bagi manusia.

Sekiranya bukan karena cercaan atau khawatir dibully, .....sungguh aku berlapang dada menerimanya.(Tafsir  Ibnu ‘adil, juz I, hal. 80).

Karena beliau kafir, maka kelak akan mendapat siksa neraka yang paling ringan sebagaimana sabda Rasululla SAW:

 

عن ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَهْوَنُ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا أَبُو طَالِبٍ وَهُوَ مُنْتَعِلٌ بِنَعْلَيْنِ يَغْلِي مِنْهُمَا دِمَاغُهُ

Artinya, "Dari Ibnu Abbas RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Penduduk neraka yang paling ringan siksanya adalah Abu Thalib, ia memakai dua sandal neraka yang cukup mendidihkan otaknya,’" (HR. Muslim).

            Hal-hal yang harus kita yakini oleh para ulama dikelompokkan dalam rukun iman: “iman kepada Allah, para Malaikat-Nya, kitab-kitab- Nya, para Rasul-Nya, hari akhir, serta beriman kepada takdir, yang baik ataupun yang buruk”.

Tema utama iman ke pada Allah swt. adalah tauhidullah, artinya mengesakan Allah swt., dalam rububiyah, uluhiyah (ikhlas beribadah kepada-Nya), serta menetapkan bagi-Nya nama-nama dan si­fat-sifat-Nya. Dengan demikian, tauhid ada tiga macam: tauhid rububi­yah, tauhid uluhiyah serta tauhid asma' wa sifat. Setiap macam dari ketiga macam tauhid itu memiliki makna yang harus dijelaskan agar menjadi terang perbedaan antara ketiganya.

1.      Tauhid Rububiyah, yaitu mengesakan Allah sebagai satu-satunya Rabb (Tuhan) Yang Maha Pencipta ( Al Kholiq) ربا خالقا, Maha Pemberi Rizki ( Ar Razik), Maha Pemelihara ( Al Hafidz), Maha Memiliki ( Al Malik) dsb. Sebagaimana firman Allah Al Fatihah:02: الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ( Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam) dan

يَاأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (البقره:21 )

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa”. Lihat pula: Az Zumar: 62, Hud: 6, Ali Imran: 26-27, Lukman:11, Mulk: 21 dsb.

      Jadi, jenis tauhid ini diakui semua orang. Tidak ada umat mana pun yang menyangkalnya. Bahkan hati manusia sudah difitrahkan untuk mengakui-Nya, melebihi fitrah pengakuan terhadap yang lain-Nya. (Vide: Ibrahim: 10) Adapun orang yang paling dikenal pengingkarannya adalah Fir'aun. Namun demikian di hatinya masih tetap meyakini-Nya. (lihat:Al-Isra': 102 dan An-Naml: 14 ).

      Begitu pula orang-orang yang mengingkarinya di zaman ini, seperti kaum atheis/komunis. Mereka hanya menampakkan keingkaran karena ke-sombongannya. Akan tetapi pada hakikatnya, secara diam-diam batin mereka meyakini bahwa tidak ada satu makhluk pun yang ada tanpa pencipta, dan tidak ada satu benda pun kecuali ada yang mem­buatnya, dan tidak ada pengaruh apa pun kecuali pasti ada yang mempengaruhinya. (Vide: Ath-Thur: 35-36).

2.      Tauhid Uluhiyah, yaitu mengimani Allah sebagai satu-satunya Al Ba’bud, yang berhak  disembah الها معبودا , yang ditaati seluruh undang-undang-Nya, dsb.

Dasar-darar tauhid uluhiyah antara lain  firman Allah swt Al Fatihah: 05:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan) dan

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا أَنَا فَاعْبُدُونِ

"Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, 'Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku'." (Al-Anbiya': 25) Lihat:  Al-A'raf: 59, 65, 73, 85, Al-Ankabut: 16, Az-Zumar: 11, (Muhammad: 19, dsb

Tauhid uluhiyah adalah maksud dari dakwah para rasul. Disebut demikian, karena uluhiyah adalah sifat Allah yang ditunjukkan oleh nama-Nya, "Allah", yang artinya dzul uluhiyah (yang memiliki uluhiyah). Juga disebut "tauhid ibadah", karena ubudiyah adalah sifat 'abd (hamba) yang wajib menyembah Allah secara ikhlas, karena ketergantungan mereka kepada-Nya.

Tauhid ini adalah asas dan pondasi tempat dibangunnya seluruh amal; tanpa merealisasikannya, semua amal ibadah tidak akan diterima.

3.      Tauhid Asma' Wa Sifat, yaitu beriman kepada nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya, sebagaimana yang diterangkan dalam Al-Qur'an dan Sunnah Rasul-Nya; menurut apa yang pantas bagi Allah Subhannahu wa Ta'ala, tanpa ta'wil (menafsirkan), tanpa ta'thil (menafikan), tanpa takyif (menanyakan bagaimana), dan tamtsil (menyerupakan), berdasarkan firman Allah Subhannahu wa Ta'ala :

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (Asy-Syura: 11)

Orang yang memiliki iman  yang benar akan memperoleh kebaikan dan kemaslahatan sepanjang hidupnya. Dia akan cepat merespon ajakan untuk kebaikan dan segera menghindar dari kemaksiatan. Setiap aktivitasnya akan membuahkan kebaikan, baik di dunia maupun di akhirat. Laksana tanaman yang berkualitas unggul.

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ الله مَثَلا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ الله الأمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ- [إبراهيم : 24-  26]

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.

Seorang Mukmin sejati  akan senantiasa lapang dada; apapun yang diberikan oleh Allah akan diterima dengan penuh kesyukuran. Tidak akan pernah berprasangka buruk terhadap kehidupan yang dijalaninya. Andaikata seluruh hidupnya selalu berisikan duka dan nestapa, selama iman  yang benar tertanam kuat di dalam hati ia tetap memiliki harapan untuk bisa hidup bahagia, setidaknya di akhirat kelak.

B. Penguatan Iman  

Sudah menjadi suatu keniscayaan bahwa untuk memiliki iman yang kokoh kuat, terpatri dalam hati sanubari, membutuhkan  penguatan  yang terus menerus dan berkesinambungan. Dengan membiasakan berbuat kebaikaan, kejujuran dan kemuliaan  sejak dini dan terus dipertahankan dan ditingkatkan waktu demi waktu, hari demi hari sehingga keimanan, keislaman dan ketakwaan  bertambah subur dan kuat. Dengan demikian, kita telah memiliki modal yang besar dalam mengarungi hidup dan kehidupan yang penuh aneka ragam godaan duniawi, lebih-lebih di era modern  sekarang ini.

            Ancaman  atau godaan  yang paling serius, yang dapat menimbulkan bencana erosi dan pendangkalan iman  kita, antara lain: materialisme, sekularismei, nativisme.

 1. Materialisme

Materialisme adalah pandangan yang lebih mementingkan materi untuk mengantarkan hidup lebih bahagia, sehingga materi adalah satu-satunya yang subtantif. Semua hal  diukur dengan kebendaan berupa uang atau harta materi lainnya. Dalam pertemanan ukurannya  materi, cari teman dan kawan yang berduit, kalau teman lagi bokek ditinggalin. Pekerjaan dilakoni jika ada imbalan materi yang menjanjikan tak ada lagi nilai pengabdian atau perjuangan (budaya brokohan sdh nyaris hilang). Orang kaya dipandang terhornmat meskipun kekayaannya diperoleh dengan cara yang tidak halal..

Materialisme melahirkan pragmatisme,  sebuah konsep atau tindakan yang mementingkan sisi praktis untuk segera memperoleh hasil dan cendrung mengabaikan proses. Berorentasi hasil akhir yang segera dinikmati dan sering menafikan nilai agama, moral dan kesusilaan. Kita kenal istilah politik praktis, yakni cara, seni dan taktik untuk meraih kekuasaan yang memberi nilai guna pada kenikmatan duniawi. Slogan, “Kerja ringan penghasilan besar”. Istilah Jawa “Bondho dengkul muleh mikul” (Modal lutut membawa hasil besar).

Politik wani piro. Orang dipilih bukan karena kemampuannya/keahlianya, tapi karena pencitraan dan berbagi sedikit uang. Dipilih bukan karena  isi otaknya, tapi isi dompetnya. Setelah jadi pejabat bukan sibuk mengurus rakyat, tapi sibuk cari pengembalian modal.

Materialisme juga melahirkan hedonisme, yakni ingin hidup enak dan kepenak tanpa peduli bagaimana caranya. Pola hidup ini  cenderung mendominasi dalam kehidupan manusia modern yang telah bersinergi dengan teknologi informasi dan komunikasi. Melalui dunia internet  pola hidup ini telah menyeruak ke seluruh pelosok dunia dan telah menjadi idola kaum muda.   Bagi para penganut paham ini, bersenang-senang, pesta fora adalah tujuan utama hidup, entah itu menyenangkan bagi orang lain atau tidak. Ada slogan “muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga”.

Gaya hidup materialisme dan hedonisme ini dikemas dengan 3F (Food-Fun-Fashion). Food, berbagai makanan siap saji dan warung makan menjamur dimana-mana. Dikemas  dengan nama wisata kuliner yang menyediakan berbagai macam ragam rasa yang memanjakan lidah, meskipun terkadang mengabaikan aspek kesehatan dan kehalalan. Fun, yaitu hiburan dan tontonan yang melalaikan hati, tidak memberi nilai edukasi atau unsur tuntunan. Seperti sinetron yang sekedar mengekplotasi kecantikan dan kemewahan hidup. Lawak yang cuma bikin orang tertawa tanpa pesan kebajikan, dan musik yang mernuansa hura-hura tanpa makna. Sedang fashion menuntun pola pikir bahwa pakaian dan penampilan adalah aktualisasi diri dengan mengikuti trend yang ada, tak peduli mengumbar aurat atau lainnya.

Ketiga hal tersebut jelas  bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang luhur dan  merusak akhlak seorang muslim dan umat Islam. Karena paham tersebut mengajarkan pada israf (berlebih-lebihan) dan tabzir (boros). Dua perkara yang dibenci oleh Allah Swt.

كُلُواْ مِن ثَمَرِهِ إِذَا أَثْمَرَ وَآتُواْ حَقَّهُ يَوْمَ حَصَادِهِ وَلاَ تُسْرِفُواْ إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

“Makanlah dari buahnya bila dia berbuah dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya) dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.” (QS. Al-An’am [6]: 141).

            Bahwa materialisme, pragmatisme dan hedonisme termasuk fitnah akhir zaman yang dahsyat, jika kita tidak memiliki keimanan dan ketakwaan  yang kokoh akan mudah terbawa arus ke tiga hal tersebut yang pada gilirannya dapat mencelakakan kita dunia-akhirat.

2. Sekularisme, 

Sekularisasi,  yaitu upaya untuk memperkecil peran agama dalam segala aspek kehidupan atau meniadakan peran agama pada aspek ekonomi, politik, pendidikan dan sosial budaya. Agama hanya diberi tempat (kotak)  pada aspek ritual (ubudiyah) saja. Agama hanya relevan untuk mengurusi masjid, mushala, madrasah, urusan kematian dsb., di luar itu semua agama tidak perlu dibawa serta.  Misalnya, orang yang membawa moralitas agama dalam berbisnis: jujur, adil, bebas riba dianggap orang aneh dan langka. Membawa moraliats agama dalam dunia politik dituduh memainkan politik identitas. Sementara itu, sekularisasi dalam konsep ilmu pengetahuan dan tehnologi sudah begitu parah. Ilmu pengetahuan telah dikosongkan dari nilai-nilai ilahiyah.

 3. Nativisme

Perkembangan iptek yang maju pesat mampu membuat loncatan budaya umat manusia  begitu dahsyat sehingga kebutuhan jasmani manusia semakain mudah dipenuhi. Kita, kadang-kadang silau dan terpesona  pada hal-hal yang bersifat kebendaan (materi). Kesempatan hidup kita , hanya kita pergunakan kepuasan lahiriyah. Rohani kita tidak tersantuni, tidak memperoleh makanan yang layak, akibatnya menjadi gersang dan kering. Dalam masyarakat yang padat tehnologi biasanya aspek spiritual  kurang mendapat perhatian  yang serius

            Pada hakikatnya manusia mempunyai kehidupan spiritual  yang membutuhkan santunan, sementara sistem masyarakat yang ada kurang mendukumg, akibatnya sebagian masyarakat, termasuk umat Islam yang dangkal imannya mencoba memenuhi  kebutuhan rohaninya dengan kembali kepada hal-hal yang nativistik (kuno): kejawen, kebatinan, klenik, perdukunan, para normal dsb., yang semua itu identik dengan kesyirikan.

Indikasinya, aliran kebatinan/mistik semakin berkembang pada masyarakat kita, aliran otahak athik mathuk  bermunculan dimana-mana. Banyak orang mengaku menerima wahyu dan memproklamirkan diri sebagai Nabi, Jibril dsb. Tayangan TV yang dikemas dalam sinetron mistri  : alam  ghaib, dunia lain dan semadzhab denganya merebak dan semakin dinikamati  pemirsa. Banyak orang mau buka usaha dagang cari dukun supaya laris dst.

 Padahal kalau kita  mau sungguh-sungguh  kembali kepada Al Qur’an As Sunah, ternyata kedua sumber ini  kaya dengan konsep-konsep ajaran spiritual yang bisa membawa manusia kepada kebahagian dunia dan akhirat. Misalnya, melalui ajaran shalat, puasa dsb. Firman Allah swt:

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ [الرعد : 28]

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.

Tantangan-tangan tersebut di atas bisa menimbulkan  erosi/pendangkalan iman umat Islam. Akibat erosi iman, umat Islam kehilangan kepekaan terhadap berbagai persoalan yang terjadi.  Mereka tidak ambil pusing dengan apa yang terjadi di sekelilingnya, apa yang sedang mengancam agamanya, apa yang terjadi dengan saudara muslim di Palistina, yang penting mereka dapat hidup enak dan kepenak. Bahkan sebagian umat Islam ada yang membuat kesalahan besar dengan menyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah Kristen  atau ikut-ikutan merayakan Natal. Ditinjau dari tanggung jawab sebagai Muslim dengan alasan apapun perbuataan itu tidak dapat dibenarkan. Memang kita harus saling hormat menghormati antar pemeluk agama, tapi bukan berarti kita harus kerjasama dalam beragama.

Untuk mengantisipasi tantangan-tatangan tersebut di atas, kita umat Islam harus meningkatkan kepekaan dan mempertajam wawasan keislaman  dengan senantiasa menggali nilai-nilai ajaaran Islam, melalui pengajian, majlis ta’lim, halaqah dsb. serta tetap konsisten  berpegang teguh kepada Al Qur’an dan As Sunah. Sejalan dengan pesan Rasulullah:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ - موطأ مالك - (5 / 1323)

Sesungguhnya Rasulullah bersabda: Aku telah meninggalkan pada kalian dua perkara. Kalian tidak akan sesat  bila berpegang teguh pada keduanya, yaitu kitab Allah ( Al Qur’an) dan Sunnah Nabinya. ( Kitab Muwatha.’ Imam Malik)

            Tantangan dan rintangan  dalam mempertahankan iman  di era globalisasi sekarang ini semakin berat. Beragam kemungkaran, kemaksiatan dan kesyirikan yang dikemas sedemikian rupa sehingga tanpa kita sadari secara perlahan dan pasti menggelincirkan kita dari jalan yang lurus. Olehnya, mari kita genggam dan kita gigit  dengan gigi geraham yang kuat petunjuk Allah dan Rasul-Nya serta sunnah para shahabat-shahabatnya, sebagaimana pesan Rasulullah:

...فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ، وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ - ... مسند أحمد - (4 / 126(

...Wajib atas kalian berpegang teguh pada sunnahku dan sunnah para khalifah yang lurus dan terbimbing, dan gigitlah sunnah-sunnahnya dengan gigi geraham yang kuat...

         Semog Allah swt tetap memberikan kemampuan dan kekuatan kepada kita untuk mempertahankan kebenaran sampai akhir hayat kita Amin.

 

Posting Komentar untuk "PENGUATAN IMAN MODAL MELAWAN MATERIALIME, SEKULARISMEI DAN NATIVISME "