Mengambil Teladan Nabi Ibrahim AS Untuk Menggapai Sukses
azahri.com
اَلْحَمْدُ
للهِ الَّذِى اَنْعَمَ عَلَيْنَا بِنِعْمَةِ اْلاِيْمَانِ وَاْلاِسْلاَمِ٭ وَجَعَلَ هَذَااْليَوْمَ عِيْدًامُبَارَكاًباِلسَّلاَمِ٭
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ اْلعَلاَّمُ٭
وَاَشْهَدُاَنَّ مُحَمَّدًاعَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَيْرُاْلاَنَامِ٭ وَالصَّلاَةُ
وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ اِلَي يَوْمِ اْلقِيَامِ٭ اَمَّابَعْدُ:
وَاعْلَمُوا أَنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمٌ فَضِيْلٌ٭ وَعِيْدٌ جَلِيْلٌ٭ رَفَعَ
اللهُ قَدَّرَهُ وَأَظْهَرُ٭ سَمَّاهُ يَوْمَ اْلحَجِّ اْلأَكْبَرَ٭ وَخَطَبَ رَسُوْلُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي هَذَا اْليَوْمِ فَقَالَ فِي خُطْبَتِهِ
"أيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمْ٭ وَصَلُّوْا خَمْسَكُمْ٭ وَصُوْمُوْا
شَهْرَكُمْ٭ وَأَطِيْعُوْا ذَا أَمْرِكُمْ٭ تَدْخُلُوْا جَنَّةَ رَبِّكُمْ"٭
وَقَالَ "لاَ تَرْجَعُوْا بَعْدِي كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضَكُمْ رَقَابَ بَعْضٍ"
.
الله اكبر الله اكبر
لا اله الاالله الله اكبر الله
اكبر و لله الحمد
Ma’asyira
Al Muslimin yang dirahmati Allah …
Seiring dengan beranjaknya sang Surya di ufuk
Timur, lantunan takbir dan tahmid menggema di saentoro jagat, mengagungkan dan
memuji asma-Nya. Kemurahan dan kasih sayang-Nya meliputi semua mahluk-Nya.
Sebagai hamba-Nya yang tahu diri, marilah kita tingkatkan syukur kita kepada
Allah swt. Karena hanya dengan izin-Nya semata kita bisa menunaikan ibadah
sholat Idul Adha dalam keadan sehat wal afiat dan aman damai.
Saat ini, jutaan umat Islam yang menunaikan ibadah haji memakai pakain ihram, dua
lembar kain putih sebagai lambang
kesetaraan derajat manusia di sisi Allah, tidak ada keistimewaan antar satu bangsa dengan bangsa yang lainnya,
antar individu satu dengan lainnya, kecuali ketaqwaanya kepada Allah swt.
Dalam rangka
menumbuhsuburkan ketaqwaan kita kepada-Nya, pada kesempatan yang berbahagia
ini, marilah bersama–sama, kita mengkaji kembali dengan penuh penghayatan,
perjalanan hidup Nabi Ibrahim as. Banyak
ibrah/pelajaran yang bisa kita petik dari kisah beliau, untuk kemudian kita
jadikan bekal di dalam mengarungi kehidupan ini. Sungguh benar apa yang difirmankan
Allah swt :
قَدْ كَانَتْ
لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ
“Sesungguhnya
telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang
bersama dengan-nya… “ ( QS Al Mumtahanah : 4 )
الله اكبر الله اكبر
لا اله الاالله الله اكبر الله
اكبر و لله الحمد٭
Bertabur ayat beratus kalimat kisah Nabiyullah
Ibrahim as dalam al Qur’an, antara lain sebagaimana yang dipaparkan dalam Q.S
Al Shafaat 99 - 109:
وَقَالَ إِنِّي
ذَاهِبٌ إِلَى رَبِّي سَيَهْدِينِ
“
Dan Ibrahim berkata:”Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Rabb-ku, dan Dia
akan memberi petunjuk kepadaku . “
( Q. S. Al Shofat : 99 )
Hikmah
ayat ini, bahwa dalam setiap kita melangkah harus meluruskan niat dan membulatkan tekat
semata-mata menuju ridha Allah. Pasti Allah akan memberikan
bimbingan/guidence menuju jalan yang benar.
رَبِّ هَبْ لِي
مِنَ الصَّالِحِينَ
“
Ya
Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang
saleh “ ( Qs Al Shoffat : 100 )
Nabi Ibrahim memanggil Allah dengan kata “ Rabb”, artinya Yang
Melihara dan Yang Merawat. Kita harus menyakini bahwa hanya Allah saja yang
menciptakan, mengatur dan merawat alam semesta ini. Dan hanya Allah-lah yang
menurunkan rizki, memberikan anak, menurunkan hujan, yang menghidupkan dan yang
mematikan, memberikan kita sakit dan yang menyembuhkan. Tidak ada manusia yang
berhak mengkalaim dirinya sebagai penjaga (juru kunci) gunung, laut, hutan dan
lainnya kecuali Allah swt.
Setelah
kita menyakini hal itu semua, maka wajib bagi kita, – sebagai konsekuensi logis
dari keyakinan tersebut – untuk tidak beribadah dan meminta pertolongan kecuali
kepada Allah swt. Tak perlu lagi kita persembahkan kepala Kerbau kepada penjaga
laut, hutan dan gunung, persembahan hanya kita tujukan kepada Allah swt semata.
Itulah langkah yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim as kepada kita, Nabi Ibrahim tidak
menyembah dan memohon kecuali hanya kepada Allah, meng-esakan Allah dalam semua
aktivitasnya, maka sudah sepatutnya beliau diberi gelar Bapak Tauhid.
Manusia sebagai mahluk yang lemah, senantiasa
membutuhkan pertolongan Allah untuk kebaikan/kebahagiannya di dunia dan di
akhirat, maka sudah menjadi suatu keniscayaan bagi kita untuk senantiasa mohon
keberkahan/kebaikan kepada Allah swt. Doa untuk keberkahan dan kebaikan
itulah yang dipanjatkan Nabi Ibrahim as, beliau tidak meminta
keturunan kecuali keturunan yang sholeh, yaitu keturunan yang akan meneruskan
perjuangannya di dalam menyebarkan dan menegakkan ajaran Islam, keturunan yang
akan selalu berbakti kepada orang tua di saat masih hidup, dan selalu
mendo’akannya tatkala ia telah meninggal dunia. Ini sesuai dengan do’a tersebut
di dalam Q.S. Al Baqarah : 201 :
وَمِنْهُمْ
مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً
وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Dan
di antara mereka ada orang yang bendoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di
dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka. “ ( QS Al
Baqarah : 201 )
Begitu juga kita, seandainya meminta
sesuatu kepada Allah, hendaknya meminta sesuatu yang ada manfaatnya di akherat
kelak, seperti meminta anak yang sholeh, harta yang barakah, ilmu yang
bermanfaat, istri yang sholehah dan seterusnya. Tidak boleh kita berdo’a
kepada-Nya, seperti: رَبَّنَاءَاتِنَافُلُوْساًكَثِيْرًا “Berikah kami uang yang banyak”, karena
uang yang banyak belum tentu membawa keberkahan dalam hidup kita.
Ma’asyira
Al Muslimin yang dirahmati Allah …
الله اكبر الله اكبر
لا اله الاالله الله اكبر الله
اكبر و لله الحمد
فَبَشَّرْنَاهُ
بِغُلامٍ حَلِيمٍ
“
Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar “ . ( Qs
Al Shoffat : 101 )
Kalau kita sudah berdo’a dengan
sungguh-sungguh pasti Allah mengabulkan doa kita. Hanya saja Allah swt.
mengabulkan doa dengan tiga cara, sebagaimana sabda Rasulullah saw:
عَنْ أَبِى
سَعِيدٍ أَنَّ النَّبِىَّ - صلى الله عليه
وسلم- قَالَ « ما مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلاَ
قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللهُ
بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ
يَدَّخِرَهَا لَهُ فِى الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنُْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ
مِثْلَهَا ». قَالُوا إِذاً نُكْثِرُ. قَالَ « الله ُ
أَكْثَرُ » مسند أحمد - (23
/ 464)
Dari
Abu Said, bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Tidak ada orang Islam yang berdoa,
jika tidak berbuat dosa dan memutus tali persaudaraan, kecuali Allah
mengabulkan doanya dengan salah satu cara:terkadang Allah langsung mengabulkan
doanya di dunia, terkadang ditunda sampai di akhirat dan terkadang dihindarkan
dari malapetaka”.Shahabat bertanya,” jika kami banyak berdoa”. Nabi menjawab:”
Allah lebih banyak mengabulkan”.
Oleh karena itu kita harus terus-menerus berdoa dan jangan putus asa,
karena putus asa terhadap rahmat Allah adalah sifat orang-orang yang tidak
beriman. Sebagaimana firman Allah :
...وَلا تَيْئَسُوا مِنْ رَوْحِ اللهِ
إِنَّهُ لا يَيْئَسُ مِنْ رَوْحِ اللهِ إِلا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
“
Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa
dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.”( QS Yusuf : 87 )
Nabi Ibrahim as sendiri tidak pernah putus
asa dalam berdo’a, walaupun puluhan tahun lamanya do’nya belum diterima oleh
Allah , baru pada masa tua-nya, do’a tersebut telah dikabulkan oleh Allah swt .
Kita wajib mensyukuri nikmat Allah yang
diberikan kepada kita, sekecil apapun nikmat tersebut. Atau bahkan nikmat
tersebut baru kita dapat di akhir hidup kita. Nabi Ibrahim mencontohkan hal ini
kepada kita, beliau sangat bersyukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan
kepada-nya berupa anak walaupun baru terkabulkan di akhir umurnya. Beliau
memuji Allah atas nikmat tersebut :
الْحَمْدُ للهَِِ الَّذِي وَهَبَ لِي عَلَى الْكِبَرِ
إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبِّي لَسَمِيعُ الدُّعَاءِ
“
Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku)
Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar
(memperkenankan) doa. “ ( QS Ibrahim : 39 )
Ma’asyira
Al Muslimin yang dirahmati Allah …
الله اكبر الله اكبر
لا اله الاالله الله اكبر الله
اكبر و لله الحمد
فَلَمَّا بَلَغَ
مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ
فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ
شَاءَ الله ُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku,
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku
termasuk orang-orang yang sabar” ( QS As Shofat : 102 )
Bahwa kita tidak akan mendapatkan kebahagiaan
dan keberhasilan di dalam kehidupan dunia ini dan di akherat nanti, kecuali
jika kita mau mengorbankan apa yang kita cintai. Nabi Ibrahim as berhasil
meraih predikat kholilullah
(kekasih Allah ), karena telah mampu mengorbankan sesuatu yang dicintainya, yaitu
anak , demi mencapai kecintaan kepada Allah swt. Puncak keimanan kita, manakala
cinta kita kepada Allah dan rasul-Nya melebihi
cinta kita kepada apa yang kita miliki. Ini sesuai dengan firman Allah
swt :
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا
تُحِبُّونَ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ الله َبِهِ عَلِيمٌ
«
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan
maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. « ( QS Ali Imran : 92 )
Kadang, kita dapatkan dalam kehidupan dunia
ini hal-hal yang kita cintai justru malah cepat pergi, sebaliknya hal-hal yang
kita benci malah datang terus. Bencana alam di negara kita datang silih
berganti gunug meletus, gempa bumi, banjir bandang dan bencana
di berbagai daerah lainnya. Lalu mengapa
musibah yang kita benci selalu datang menghantui?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut tidak perlu kita tanya
pada rumput yang bergoyang atau Paranormal, namun kita buka al Qur’an sebagai
panduan kita. Firman Allah swt:
مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ
اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ وَأَرْسَلْنَاكَ
لِلنَّاسِ رَسُولا وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا
[النساء : 79]
Apa saja ni`mat yang kamu
peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari
(kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap
manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.
Bencana yang menimpa kita pada
hakekatnya adalah karena ulah manusia. Kesalahan dan kejahatan yang dilakukan manusia secara tidak langsung
sering menimbulkan bencana. Kesalahan memperlakukan alam, kesalahan memenej
masyarakat, pemerintah bahkan negara. Hutan yang dieksploitasi habis-habisan
sehingga menjadi lahan gundul, sungai yang terus-menerus dibuangi sampah atau
limbah pabrik sehingga menjadi dangkal dan sempit, sementara kanan-kiri
bantaran sungai berdiri bangunan tempat tinggal dsb., maka terjadilah sungai
“menggugat”, lalu banjir terjadi dimana-mana. Allah swt telah menyatakan dalam
FirmaNya:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ
وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي
عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ [الروم : 41]
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan
karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
benar).
الله أكبر الله أكبر ، لا إله إلا الله
الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Kemudian bagaimana sikap kita
menghadapi musibah yang terjadi? Sebagai seorang
Mukmin harus memaknai musibah sebagai suatu ujian, bukan hukuman atau siksaan
Allah swt. Firman Allah swt:
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ
يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ (2) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ
قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ
الْكَاذِبِينَ [العنكبوت : 2 ، 3]
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang
sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan
sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
- Orang Mukmin akan diuji dalam
berbagai cobaan dalam kehidupan ini,
- Cobaan itu telah ditimpakan
kepada orang-orang terdahulu, dan
- Cobaan itu bertujuan untuk mengetahui kualitas keimanan
seseorang ( kualitas emas
atau loyang, imanya kuat atau rapuh).
أكبر ولله الحمد
Jamaaah Id yang berbahagia !
Melalui musibah Allah swt bermaksud ingin menyadarkan
manusia dari kekhilafan dan kesalahan,
kesombongan dan keserakahan agar kembali ke jalan Allah, bertaubat kepada
Allah. Kesadaran dalam arti bahwa lingkungan/kehidupan ini perlu ditata
sebaik-baiknya sesuai dengan sistem yang berlaku secara alamiyah. Kesadaran
bahwa alam ini tidak hanya diperuntukkan untuk kita, tapi juga untuk anak cucu
kita, sehingga harus dijaga kelestarianya. Yang pada akhirnya diharapkan tumbuh
kesadaran kolektif untuk bahu-membahu bekerjasama lintas sektoral, bahkan
lintas negara untuk merehabilitasi dan me-recovery bumi kita tercinta ini.
Kesadaran berikutnya yang diharapkan dari
musibah adalah bahwa tidak setiap perkara/musibah yang kita benci pasti membawa
mudharat bagi kehidupan kita. Terkadang yang terjadi adalah sebaliknya, musibah
yang kita anggap akan mendatangkan malapetaka, ternyata malah membawa manfaat
dan kesuksesan besar di dalam hidup ini.
Merapi yang memuntahkan lahar, abu vulkanik dan material lainnya jelas akan
memberi kesuburan tanah untuk pertanian, memberikan meterial yang cukup berupa
pasir dan batu sebagai bahan bangunan. Bagi kita yang tidak terkena bencana
jelas sebagai lahan amal untuk membantu saudara kita yang terkena bencana.
Sudahkah kita menyisihkan harta dan tenaga untuk mereka? Jika belum marilah
kita mulai segera. Salurkan amal Anda melalui lembaga yang amanah.
Pengorbanan besar yang kemudian membawa manfaat besar pula telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim as, ketika diperintahkan Allah swt untuk meninggalkan istri dan anaknya yang masih kecil di tengah padang pasir, yang tidak ada tumbuh-tumbuhan dan air. Sebagai manusia, tentunya Nabi Ibrahim tidak ingin mengerjakan hal tersebut kalau bukan karena perintah Allah swt. Sesuatu yang tidak dikehendaki Nabi Ibrahim tersebut, ternyata telah menjelma menjadi sebuah ibadah haji yang dikemudian hari akan diikuti berjuta –juta manusia, dan dari peristiwa itu juga, keluarlah air zamzam yang dapat menghidupi jutaan orang dan bisa menyembuhkan berbagai penyakit.
Begitu juga,
ketika Nabi Ibrahim as. diperintahkan untuk menyembelih anaknya Ismail, yang
sangat dicintainya. Setiap orang yang masih mempunyai hati nurani yang sehat,
tentu sangat tidak senang jika diperintahkan menyembelih anaknya sendiri. Tapi
apa akibatnya ? Ketika kedua-duanya pasrah, Allah membatalkan perintah tersebut
dan menggantikannya dengan kambing. Dari peristiwa ini, akhirnya umat Islam
diperintahkan untuk berkurban setiap datang hari raya Idul Adha. Memang, kadang
sesuatu yang kita benci, justru adalah kebaikan bagi kita sendiri. Allah
berfirman :
وَعَسَى أَنْ
تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ
شَرٌّ لَكُمْ وَ الله ُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
“
Boleh
jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula)
kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang
kamu tidak mengetahui.( QS Al Baqarah : 216 )
Oleh karenanya, di dalam menghadapi ujian kehidupan dunia ini, kita harus sabar dan tawakkal, serta menyerahkan diri kepada Allah swt, sebagaimana yang dicontohkan Nabi Ibrahim ketika diperintahkan untuk menyembelih anaknya sendiri. Berbeda dengan orang –orang yang tidak beriman dan tidak mempunyai keyakinan kepada janji-janji Allah swt, mereka akan goncang dan stress jika kehilangan sesuatu yang sangat dicintainya, apalagi anaknya satu-satunya yang sedang beranjak dewasa.
Data dari Badan
Kesehatan Dunia ( WHO ) menyebutkan bahwa 800 ribu orang dari penduduk dunia
setiap tahunnya melakukan tindakan bunuh diri, 80 % nya disebabkan karena
stress dan tidak kuat di dalam menghadapi berbagai problematika yang menimpa
dirinya. Problematika –problematika tersebut berkisar pada masalah keluarga,
pernikahan, anak, studi, pekerjaan dan lain-lainya. Dan menurut data tersebut,
fenomena semacam ini paling banyak didapati di negara-negara maju, seperti
Kesenangan dunia yang diberikan Allah kepada
kita, jangan sampai melalaikan kita dari beribadat kepada-Nya. Dalam rangka
itulah, Allah swt setelah memberikan karunia anak yang sholeh kepada Nabi
Ibrahim as, dan pada saat anak tersebut beranjak menjadi dewasa, Allah swt
hendak menguji Nabi Ibrahim as, apakah anak yang telah lama dinanti-nantikan
tersebut, yang telah lama dirawat dan didiknya sehingga menjadi dewasa dan
sangat menyejukkan hati orang tuanya itu.. apakah akan melalaikannya dari
ibadat dan taat kepada Allah swt ? disinilah Nabi Ibrahim as diuji. Apakah dia
lebih mencintai anak atau mencintai Allah swt ? Ternyata Nabi Ibrahim as,
secara baik telah mampu melewati ujian tersebut. Ia telah menempatkan
kecintaannya kepada Allah di atas segala-galanya. Dia segera melaksanakan
perintah Allah swt untuk menyembelih anaknya, dia sangat menyakini bahwa setiap
yang diperintahkan Allah akan selalu berakibat baik. Sebaliknya, kalau dia
tetap lebih mencintai anaknya dan melalaikan perintah Allah swt, niscaya dia
termasuk orang –orang yang merugi. Allah swt berfirman :
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلاَ أَوْلاَدُكُمْ
عَنْ ذِكْرِ اللهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ [المنافقون : 9]
“
Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari
mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah
orang-orang yang merugi. “ ( QS Al Munafiqun : 9 )
Ma’asyira
Al Muslimin yang dirahmati Allah …
الله اكبر الله اكبر
لا اله الاالله الله اكبر الله
اكبر و لله الحمد
فَلَمَّا
أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ
“
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas
pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). “ ( Q. S. Al Shofat :103 )
Seorang hamba yang sabar ketika diuji oleh
Allah swt, dan taat dengan segala perintahnya, serta pasrah dengan
hukum-hukum-Nya, niscaya akan mendapatkan balasan yang setimpal di dunia ini
dan di sisi Allah pada hari akhir nanti.
Diantara
balasan yang diberikan Allah kepada Nabi Ibrahim as.itu adalah sebagai berikut
:
1.
Mendapat pujian dan predikat dari
Allah sebagai orang berbuat baik dan tergolong orang-orang yang muhsinin .
Allah berfirman :
وَنَادَيْنَاهُ
أَنْ يَاإِبْرَاهِيمُ(104)قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي
الْمُحْسِنِينَ
“ Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim “ .
sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu . sesungguhnya
demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.( Qs As
Shofat : 104-105 )
2. Mendapatkan
rizqi yang melimpah. Allah berfirman :
وَفَدَيْنَاهُ
بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
“ Dan Kami tebus anak itu dengan seekor
sembelihan yang besar. “( Qs As Shofat : 107)
Nabi Ibrahim as, setelah pasrah penuh
kepada perintah Allah, maka Allah memberikannya rizki berupa kambing kurban. Jika
kita mengikuti langkah Nabi Ibrahim di atas, niscaya akan mendapatkan rizki
yang melimpah juga, seperti kesehatan, kemudahan, kelancaran dalam
urusan-urusan, anak yang sholeh, keberhasilan studi, kemudahan di dalam
mendapatkan pekerjaan dan lain-lainnya.
3. Nama
dan perjuangannya dikenang oleh generasi selanjutnya. Allah berfirman :
وَتَرَكْنَا
عَلَيْهِ فِي الآخِرِينَ
“ Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian
yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian. “ ( Qs As Shofat : 108
)
Perjuangan dan ketabahan Nabi Ibrahim
telah diabadikan dalam Al Qur’an yang akan dibaca kaum muslimin hingga hari
kiamat, dan ditulis dengan tinta emas di dalam buku-buku sejarah. Dengan sikap
pasrah terhadap perintah Allah, akhirnya Nabi Ibrahim menjadi panutan umat
sepanjang zaman.
4. Allah
akan melimpahkan rahmat dan kedamaian serta keselamatan di dalam kehidupannya .
Allah berfirman :
سَلامٌ
عَلَى إِبْرَاهِيمَ
“ yaitu Kesejahteraan dilimpahkan atas
Ibrahim. “( Qs As Shofat : 109 )
Selain itu, generasi selanjutnya juga
akan selalu mendoakannya. Paling tidak,
Wal
hasil, jika kita meneladani: keimanan, keteguhan hatai, ketabahan dan kesabaran
Nabi Ibrahim insya Allah kita akan memperoleeh kesuksesan di dunia dan akhirat/
Amin
فقال تعالى إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا [الأحزاب : 56] اللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ النّّبِيِ اْلهَاشِمِي اْلأَوْفَى .
وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ اْلأَرْبَعَةِ اْلخُلَفَا . وَالسَّادَةُ الْحُنَفَاءَ أَبِي
بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِي وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَهْلِ الصِّدْقِ
وَاْلوَفَاءِ . وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ وَلِطَرِيْقِتِهِمْ
اِقْتَفَى . وَعَنَّا مَعَهُمْ بِعَفْوِكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا خَيْرَ مَنْ
تَجَاوَزَ وَعَفَا. اللَّهُمَّ اغْفِرْلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِماَتِ اْلأََحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اللَّهُمَّ أّعِزَّ الإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ.
وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ .وَاجْعَلْ هَذَا اْلبَلَدَ مُطْمَئِناً وَسَائِرَ
بِلاَدِ اْلمُسْلِمِيْنَ . رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ [البقرة
: 201] رَبَّنَا
تَقَبَّلْ مِنَّا إنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ وَتُبْ عَلَيْنَا إنَّكَ
أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ دَعْوَاهُمْ فِيهَا سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ
وَتَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلامٌ وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِّ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ .
Posting Komentar untuk "Mengambil Teladan Nabi Ibrahim AS Untuk Menggapai Sukses"