Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

BULAN DZULQO’DAH BUKAN BULAN SIAL


azahri.com ~ Dalam kalender Islam atau Hijriyah, bulan  Dzulqo’dah  adalah bulan ke sebelas setelah bulan Syawwal. Kalender Jawa menyebut bulan Selo dan Madura bulan Takepek. Selo sering diartikan kesesel barang sing olo, sementara Takapek artinya terjepit. Baik Selo maupun Takepek mempunyai konotasi yang tidak baik.

Dzulqo’dah pada kelender Islam masuk pada bulan haji, yakni bulan mulai dilaksanakan ibadah haji, sebagaimana  firman Allah swt. dalam al Qur’an al Baqorah: 197:

الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلا رَفَثَ وَلا فُسُوقَ وَلا جِدَالَ فِي الْحَجِّ

(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji.

Dalam tafsir Jalalain yang dimaksud  bulan yang dimaklumi adalah: bulan Syawwal, Dzulqo’dah dan Dzulhijjah sampai tanggal sepuluh atau seluruhnya. Haji persiapannya di mulai pada bulan Dzulqo’dah dan puncaknya ada di bulan Dzulhijjah. Disamping bulan haji, Dzulqo'dah masuk bulan hurum. Sejalan dengan  firman Allah Swt:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ الله اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ الله  يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram... ( QS. At Taubah: 36). Empat bulan haram dipertegas dalam hadits Rasul  saw:

السنة اثنا عشر شهراً، منها أربعةٌ حرم: ثلاثٌ متوالياتٌ: ذو القعدة، وذو الحجة، والمحرم، ورجب مضر الذي بين جمادى وشعبان، متفقٌ عليه. رياض الصالحين - (1 / 38)

Satu tahun ada dua belas bulan, diantaranya empat bulan hurum, tiga berurutan, yaitu: Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharam dan yang satu terseling antara Jumadi dan Sya’ban…

Bulan hurum ada empat,yakni tiga berurutan: Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharam dan yang satu meloncat, yakni bulan Rajab. Bulan hurum artinya  bulan yang dimuliakan Allah Swt. karena di bulan ini  terdapat larangan tidak boleh berperang, menumpahkan darah dan larangan lainnya demi menghormati bulan hurum.

Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa bangsa Arab adalah bangsa yang suka berperang, maka ketika Islam datang dan ada larangan berperang selama 4 bulan berturut-turut, meraka merasa tidak kuat menahan untuk tidak berperang selama 4  bulan. Rasanya ingin segera bertemu musuh dan beradu pedang di medan laga. Atas bimbingan wahyu Rasulullah Swt menyatakan bahwa bulan haram itu 3 bulan berturut-turut dan satu bulan adalah bulan Rajab.

Dengan demikian bulan Dzulqo’dah adalah bulan istimewa dan mulia karena termasuk bulan haji  dan bulan haram. Bulan Haji saat jutaan umat Islam dengan khusyu’ mohon ampun pada Allah Swt, melalukan thawaf, sa’i, wukuf dan ritual haji lainnya semata-mata mengaharap ridha Allah Swt. Bulan haram, dimana umat Islam dilarang berperang dengan kaum kafir, hanya diperbolehkan mempertahankan diri bila diserang. Apalagi perang saudara sesama muslim. Tidak hanya perang berselisih atau bermusuhan, saling mem-bully atau mengolok-olok juga harus dihindari, meskipun itu di tahun politik.

Jika permusuhan di larang di bulan haram, maka sebaliknya, kebaikan harus kita perbanyak. Saling bersilaturahmi, bersedekah bagi yang mampu untuk membantu sesama. Nasehat menasehati dalam kebaikan dan takwa. Memberi kemudahan kepada orang lain yang akan bepergian, khusunya bepergian untuk perjalanan haji dst.

Tidak ada alasan lagi takut berbuat baik: menikahkan anak, khitanan dll di bulan Dzulqo’dah  hanya karena dalam adat Madura di sebut bulan Takepek (terjepit), atau Jawa Selo (kesesel barang sing olo). Apalagi berkeyakinan nanti dimakan bethoro kolo, jika tidak dimurwokolo. Aneh, sudah sejak kecil  jadi orang Islam sampai beruban masih yakin ada hari buruk, ada nogo dino, padahal naga itu tidak ada, hanya mahluk imajiner.

Masih percaya ada hari baik dan buruk atau nogo dino. Percaya bahwa ada hari  yang menyebabkan kesialan dan keberuntungan, bisa memberi keselamatan/keberuntungan dan kecelakaan/kerugian selain  Allah swt , maka hal demikian bisa jatuh pada kesyirikan.

Kalau dari sekian hari, sekian bulan  ada yang lebih  utama, memang benar. Hari Jumat disebut Sayidul Ayam, ada syahru Ramadhon, Lalilatu Qodar, namun kalau  hari buruk, bulan buruk  itu tidak ada. Keyakinan hari membawa sial atau keberuntungan wajib kita tinggalkan karena tidak berdasar/benar.

Meningalkan keyakin atau  tradisi-tradisi berbau kesyirikan yang sudah mendarah daging di tengah masyarakat tidak gampang. Mereka yang sudah biasa melakukannya, bila kita ingatkan atau kita ajak ke jalan yang benar, mereka mengatakan: ini warisan leluhur kami, ini budaya kami, ini kearifan lokal dsb. Hal mana sesuai  firman Allah swt. Al Maidah:104

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُوا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ ءَابَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ ءَابَاؤُهُمْ لا يَعْلَمُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ

“ Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?”

Namun bagi pengamal tradisi yang berbau syirik tersebut, jika benar-benar ingin bertobat pasti ada jalan keluar. Perkuat niat hanya semat-mata karena Allah Swt. (ikhlas lil lahi Ta’ala) , bulatkan tekad  untuk meninggalkan tradsi yang dapat menggelincirkan kepada kesyrikan tersebut, lalu hindari secara bertahap. Mula-mula secara diam-diam  bergabung dengan komunitas muslim yang anti tradisi yang berbau syirik,  jauhi pelan-pelan dengan cara tidak hadir jika diundang atau tidak ikut partisipasi lagi. Bila sudah punya posisi yang kuat nyatakan kepada siapa saja secara bijak bahwa tradisi ini tidak bernar dst. Pasti Allah Swt akan menolong memberikan jalan keluar terbaik. Wallahu a’lam bi shawab.

 

 

Posting Komentar untuk "BULAN DZULQO’DAH BUKAN BULAN SIAL"