Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

KISAH PENGORBANAN PARA NABI DAN ORANG SHALEH


 

اللهُ اَكْبَرُ × 9 الله اَكْبَرُ كَبِيْرًا ، وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ وَصَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ ، اللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ الْحَمْدُ
الْحَمْدُ ِللهِ الذي إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَلَهُ نُصَلِّي وَنَسْجُدُ وَإِلَيْهِ نَسْعَى وَنَحْفَدُ ، نَرْجُوْ رَحْمَتَهُ وَنَخْشَى عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَهُ الْجِدُّ بِالْكُفَّارِ مُلْحَقٌ ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله ُوَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ، اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ وَالاَهُ
أَمَّا بَعْدُ : فَيَا أَ يُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْماً لاَ يَجْزِي وَالِدٌ عَنْ وَلَدِهِ وَلاَ مَوْلُوْدٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَالِدِهِ شَيْئاً ، إِنَّ وَعْدَ اللهِ حَقٌّ فَلاَ تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلاَ يَغُرَّنَّكُمْ بِاللهِ الْغرُوْرُ

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allah. Akbar!

Jamaah Idul Adha yang dimuliakan Allah swt.

Alhamdulillah, pada hari yang mulia ini, 10 Dzulhijah 1443 H, kita dan seluruh umat Islam di seantero dunia memperingati hari raya Idul Adha atau hari raya Kurban. Sehari sebelumnya, 9 Dzulhijah 1433 H, jutaan umat Islam yang menunaikan ibadah haji wukuf di Arafah, berkumpul di padang Arafah dengan memakai pakaian ihram putih sebagai lambang kesetaraan derajat manusia di sisi Allah, tidak ada keistimewaan  antar satu bangsa dengan bangsa yang lainnya kecuali takwa kepada-Nya.

الله أكبر الله أكبر ، لا إله إلا الله الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Kata Kurban (qurban) secara harfiyah berarti mendekatkan diri kepada Allah, semua aktivitas yang kita lakukan dalam rangka mendekatkan diri kita sebagai seorang hamba kepada Allah swt masuk pengertian kurban.

Penggunaan istilah kurban secara spesifik (dalam arti sempit) adalah udh-hiyah atau an-nahr, sebagaimana arti Idul Kurban, yaitu menyembelih hewan kurban yang dagingnya dibagikan kepada orang miskin, sebagaimana yang dimaksud dalam QS Al-Kautsar (108): 2, “ Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah “.

Akan tetapi, makna korban dalam arti umum meliputi aspek yang lebih luas, yaitu semua jerih payah, tetesan keringat, darah dan air mata untuk menegakkan dan menjunnjung tinggi dinullah.. Itulah dimensi kurban yang diperankan oleh Ibrahim dan Ismail as. dan para Nabi, Rasul Allah serta para pengikutnya yang setia.

الله أكبر الله أكبر ، لا إله إلا الله الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Jamaah Idul Adha yang dimuliakan Allah swt.

Hari raya Idul Adha memang mengambil momentum kisah dramatis  pengorbanan Nabiyullah Ibrahim dan Nabiyullah Ismail alaihima salam, namun tentu kita tidak boleh menganggap entang pengorbanan nabi-nabi yang lain.

Kisah pengorbanan Nabi Ibrahim As. dan Nabi Ismail As sering diangkat para khotib di mimbar khotbah Idul Adha, pada kesempatann ini kita angkat sekilas jejak pengorbanan para nabi dan rasul yang lain dan orang-orang shaleh.

Pertama,  kita ekspos dan kita viralkan kisah pengorbanan  putera Adam, Habil. Ketika turun perintah berkurban untuk menentukan pasangan hidup dari kembaran silang, bukan kembaran yang lahir bersamaan sebagaimana kemauan Qobil, maka Habil mempersembahkan harta  terbaik yang ia miliki sebagai persembahan kepada Allah untuk membuktikan kebenaran imannya.

Sementara Qobil memilih harta untuk kurban dengan seadanya, yang barangkali dia sendiri sudah tidak suka untuk meggunakan atau mengkonsumsi, maka wajar kurban Qobil tidak dilalap api sebagai pertanda kurbannya tidak diterima. Firman Allah Swt:

إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الآخَرِ

“… ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). (Q.S Al Maidah ayat 27)

الله أكبر الله أكبر ، لا إله إلا الله الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Jamaah Idul Adha yang dimuliakan Allah swt.

Kedua, Kisah panjang Nabi Nuh As. dalam berdakwah. Siang malam atau sepanjang waktu beliau berdakwah mengajak manusia meng-esakan Allah Swt, berbagai metode beliau gunakan, cara sailen dan transparan telah digunakan. Selama kurun waktu  950 tahun mengorbankan umurnya hanya mendapat dua belas pasang pengikut.

Atas kenyataan yang tidak menggembirakan itu, Nabi Nuh As mengeluh kepada Allah Swt sebagaimana diabadikan dalam al Qur’an:

قَالَ رَبِّ إِنِّي دَعَوْتُ قَوْمِي لَيْلا وَنَهَارًا(5)فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَائِي إِلا فِرَارًا(6)وَإِنِّي كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوا أَصَابِعَهُمْ فِي ءَاذَانِهِمْ وَاسْتَغْشَوْا ثِيَابَهُمْ وَأَصَرُّوا وَاسْتَكْبَرُوا اسْتِكْبَارًا(7)ثُمَّ إِنِّي دَعَوْتُهُمْ جِهَارًا(8)ثُمَّ إِنِّي أَعْلَنْتُ لَهُمْ وَأَسْرَرْتُ لَهُمْ إِسْرَارًا(9(

Nuh berkata: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang, maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat. Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan, kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi) dengan terang-terangan dan dengan diam-diam, (QS. Nuh Ayat 1-9)

Jamaah Idul Adha yang dimuliakan Allah swt.

Ketiga, kisah pengorbanan  nabi Yusuf As. yang harus mengorbankan masa mudanya di dasar sumur yang gelap, lalu dalam penjara yang begitu melelahkan, namun dijalani dengan tabah dan senantiasa mengharap pertolongan Allah Swt

قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ وَإِلا تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِنَ الْجَاهِلِينَ

Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.” (QS. Yusuf ayat 33)

            Atas pengurbanan yang luar biasa dan berliku pada akhirnya Nabi Yusuf As. lolos dari godaan wanita dan dipercaya raja menjadi Menteri Keuangan/Bendahara Umum Negara yang mampu menyelamatkan rakyat Mesir dan rakyat negara tetanganya dari bencana kelaparan, meskipun terjadi kemarau selama tujuh tahun.

Jamaah Idul Adha yang dimuliakan Allah swt.

Keempat, kisah pengorbanan ibunda Nabi Musa As. Betapa mirisnya perasaan ibunda nabi Musa as. saat ia memutuskan untuk melepaskan bayi laki-lakinya terapung di atas sungai Nil:

إذْ أَوْحَيْنَا إِلَى أُمِّكَ مَا يُوحَى(38)أَنِ اقْذِفِيهِ فِي التَّابُوتِ فَاقْذِفِيهِ فِي الْيَمِّ فَلْيُلْقِهِ الْيَمُّ بِالسَّاحِلِ يَأْخُذْهُ عَدُوٌّ لِي وَعَدُوٌّ لَهُ وَأَلْقَيْتُ عَلَيْكَ مَحَبَّةً مِنِّي وَلِتُصْنَعَ عَلَى عَيْنِي(39(

“…yaitu ketika Kami mengilhamkan kepada ibumu suatu yang diilhamkan, Yaitu: ‘Letakkanlah ia (Musa) di dalam peti, kemudian lemparkanlah ia ke sungai (Nil), maka pasti sungai itu membawanya ke tepi, supaya diambil oleh (Fir`aun) musuh-Ku dan musuhnya’. Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku; dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku. (QS Thoha ayat 38-39)

Berkat keteguhan Ibunda Nabi Musa AS, akhirnya putra kesayangan dilepas di sungai Nil dipertemukan kembali oleh Allah dalam suasana penuh haru karena beliau bisa menyusui putranya tanpa bayang-bayang ketakutan kekejaman Fir’un.

Kisah panjang dilalui Nabi Musa as dan Harun as melewati jalan terjal untuk menyampaikan dakwah dan harus menghadapi seorang thagut besar, Fir’un yang mengklaim diri jadi Tuhan.

Lihatlah bagaimana Ashabul kahfi harus mengorbankan masa muda mereka dan meninggalkan kota mereka untuk mempertahankan agama mereka dan menerima  kenyataan bahwa mereka harus hidup dalam gua.

الله أكبر الله أكبر ، لا إله إلا الله الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Jamaah Idul Adha yang dimuliakan Allah swt.

Bagaimana nabi kita, Muhammad saw, harus berkorban demi dakwahnya sepanjang 22 tahun, 2 bulan dan 22 hari?. Dakwah Nabi dan para shahabatnya dalam menegakkan agama Tauhid ternyata harus dibayar dengan pengorbanan yang teramat berat.

Umat Islam disiksa, ditindas, dan sederet tindakan keji lainnya dari kaum kafir Quraisy.   Rasulullah pernah ditimpuki dengan batu oleh penduduk Thaif, dianiaya oleh ibnu Muith, ketika leher beliau dicekik dengan usus onta, Abu Lahab dan Abu Jahal memperlakukan beliau dengan kasar dan kejam.

Para sahabat seperti Bilal ditindih dengan batu besar yang panas ditengah sengatan terik matahari siang, Yasir dibantai, dan seorang  ibu yang bernama Sumayyah, ditusuk kemaluan beliau dengan sebatang tombak.

Tak hanya itu, umat Islam di Mekkah ketika itu juga diboikot untuk tidak mengadakan transaksi dagang. Akibatnya, bagaimana lapar dan menderitanya keluarga Rasulullah SAW. saat-saat diboikot oleh musyrikin Quraisy,   hingga beliau sekeluarga terpaksa memakan kulit kayu, daun-daun kering bahkan kulit-kulit sepatu bekas. 

Setelah penderitaan demi penderitaan mereka lalui, kemudian mereka mendapat perintah hijrah, meninggalkan tanah asalnya, anak isterinya, serta semua harta benda mereka, demi mempertahankan dan melebarkan sayap agama mereka. Sementara orang-orang Islam di Madinah (kaum Anshar) yang kebanyakan masih memiliki keterbatasan dalam bidang ekonomi  harus menyambut saudara-saudara mereka kaum Muhajirin dari Mekkah yang datang tanpa apa-apa.

الله أكبر الله أكبر ، لا إله إلا الله الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Atas dasar pengorbanan mereka semua, maka Allah memuji  nabi-Nya, Muhammad saw, Kaum Muhajirin dan Anshar sebagaimana firman-Nya:

وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.

وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS Al Hasyr ayat 9)

وَالَّذِينَ ءَامَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللهِ وَالَّذِينَ ءَاوَوْا وَنَصَرُوا أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ

Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (ni`mat) yang mulia.” (QS. AL Anfaal ayat 74)

الله أكبر الله أكبر ، لا إله إلا الله الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Jamaah Idul Adha yang dimuliakan Allah swt.

            Hidup adalah satu perjuangan dan setiap perjuangan memerlukan pengorbanan. Tidak akan ada pengorbanan tanpa kesusahan. Setiap kesusahan pasti disusul dengan kemudahan dan kesenangan/kebahagiaan, terutama kebahagian di alam akhirat kelak.. Semoga Allah swt senantiasa memberi semangat kepada kita untuk rela berkorban demi izul Islam wal Muslimin (kejayaan Islam dan Umat Islam) Amin !

 وقَالَ تَعَالَى وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍوَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَلىَ التَّابِعِيْنِ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ، رَبَّنَا آمَنَّا فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ، رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِينَ، رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإِيمَانِ و لاَ  تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاً لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ، رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الأَبْرَارِ،  رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ، وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ، وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ،

 

Posting Komentar untuk " KISAH PENGORBANAN PARA NABI DAN ORANG SHALEH"