TIDAK BERMAZHAB SESAT
Sering
kita dengar ungkapan orang Islam/Umat Islam yang tidak bermazhab itu sesat.
Apakah benar demikian ? Untuk menjawab pertanyan seksi ini, tentu harus dikupas
mengenai: pengertian mazhab, pendiri mazhab dan praktek ibadah terkait dengan
klaim mazhab oleh pengikutnya.
Menurut
Kamus Bahasa Arab yang termasyhur, yaitu Lisânul ‘Arab, madzhab ( (مذهب berasal dari kata
kerja: ذهب - يذهب - ذهابا yang
artinya pergi, berlalu, atau melewati. Pada kamus yang lain menyebutkan bahwa
المذهب لغة: يعني الطريقة والمسلك والرأي والوجهة.
mazhab secara bahasa berarti metode,
jalan , pendapat dan pandangan.
Al-Quran
menyebut kata ذهب yang artinya pergi dan hilang:
اذْهَبْ
إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى [النازعات: 17]
"Pergilah kamu kepada Fir'aun, sesungguhnya dia
telah melampaui batas!”
فَلَمَّا
ذَهَبَ عَنْ إِبْرَاهِيمَ الرَّوْعُ وَجَاءَتْهُ الْبُشْرَى يُجَادِلُنَا فِي
قَوْمِ لُوطٍ [هود: 74]
Maka tatkala rasa takut
hilang dari Ibrahim dan berita gembira telah datang kepadanya, diapun
bersoal jawab dengan (malaikat-malaikat) Kami tentang kaum Luth.
Memang
antara “pergi” dan “hilang” ada korelasi substansial. Sesuatu yang pergi jauh
terkadang sampai tidak kelihatan sehingga sama maknanya dengan menghilang dari
pandangan.
Kata
ذهب dapat diartikan pendapat dalam kajian makna
mazhab, sebagaimana ungkapan:
ذهب الشافعى إلى أن لمس الرجل المرأة تبطل
الوضوء
artinya “Imam Syafi’i berpendapat
bahwa laki-laki menyentuh perempuan membatalkan wudhu”.
Madzhab
dapat berupa isim masdar mim sebagai kata dasar yang artinya pergi atau isim makan,
kata benda yang menunjukan tempat pergi. Maksudnya tempat yang menjadi tujuan
bepergian.
Mazhab
dalam bentuk isim masdar yang bermakna pendapat, pemikiran, aliran pemikiran digunakan
secara luas dalam berbagai disiplin ilmu: mazhab fikih, mazhab politik, mazhab
ekonomi, dan lain sebagainya. Juga dapat dipakai menyebut aliran pemikiran berdasar tempat,
generasi, dan tokoh pemikir. Seperti mazhab
Ahlul Madinah, mazhab Kufah, mazhab Hijaz, mazhab Shahabat, mazhab Salaf, dan
mazhab Khalaf; mazhab Hanafi, mazhab Maliki, mazhab Syafi’i, mazhab Hambali dan
sebagainya.
Adapun
mazhab dalam pengertian istilah:
اصطلاحاًفي الفقه: مجموعة الأحكام
الفقهية التي يتبعها مجتهد ما، والتي يتبعها الناس بعده.
Mazhab menurut istilah dalam fikih adalah kumpulan
hukum fikih yang dihasilkan mujthid dan diikuti manusia setelahnya. Dalam
pengertian lain Mazhab
adalah suatu aliran pemikiran atau pandangan ulama dalam memahami dan
menafsirkan hukum-hukum Islam berdasarkan Al-Qur'an dan Hadis.
2.
Perbedaan Mazhab dengan Manhaj
Untuk
mengetahui perbedaan mazhab dan manhaj tentu harus diketahui dengan jelas pengertian
manhaj.
تعريف المنهج لغة
واصطالحا: لغة:
المنهج مصدر مشتق من الفعل نهج بمعنى: طرق أو سلك أو
اتبع، والمنهاج تعني : الطريق الواضح . إصطالحا: طريقة يصل بها إنسان إلى حقيقة أو معرفة
Pengertian manhaj secara bahasa dan istilah. Secara bahasa
berasal dari kata نهج
jalan, menapaki atau mengikuti. Manhaj
artinya jalan yang terang. Pengertian istilah adalah jalan atau media yang
menyampaikan manusia mencapai kebenaran atau ilmu pengetahuan.
Dari
definisi di atas, manhaj dan mazhab berbeda meskipun keduanya saling
berhubungan. Manhaj adalah jalan atau pedoman hidup yang jelas dari Nabi
Muhammad SAW, sedangkan mazhab adalah pilihan cara pelaksanaan ajaran Nabi berdasarkan
dalil-dalil syar'i, yang lahir dari keragaman dalam manhaj. Manhaj adalah
sumber ajarannya, sementara mazhab adalah bentuk pilihan atau cara pengamalan
dari ajaran tersebut.
Menurut
Ustaz Adi Hidayat bahwa manhaj akan selalu memberikan beberapa pilihan untuk
mempraktekkan ajaran Islam. Sedangkan mazhab
ialah ketika seorang muslim memilih salah satu pendapat di antara pilihan
pandangan yang telah tersedia.
“Mazhab itu tidak mungkin keluar
dari manhaj. Jadi, mazhab itu definisinya bukan kelompok. Mazhab itu adalah singkatan
dari ما ذهب اليه atau apa yang dicenderungi untuk
diambil. Karena jika kita lihat sejarahnya, Rasulullah di semasa hidupnya telah
mengajarkan semua hal terkait Islam,” terang Ustaz Adi.
Produk mazhab itu hasil ijtihad
dan istimbath para imam mujtahid atau para pakar fikih sesuai dengan zamanya
masing-masing. Ijtihad adalah upaya
menyeluruh untuk menentukan hukum bagi masalah yang tidak dijelaskan dalam
Al-Qur'an atau hadis, sementara istimbath adalah metode spesifik untuk menggali
hukum dari sumber-sumber tersebut. Istimbath lebih sempit ruang
lingkupnya, berfokus pada cara mengeluarkan hukum dari dalil, sedangkan ijtihad
adalah proses pemikiran yang lebih luas untuk mencapai kesimpulan hukum.
Ada empat mazhab yang paling ke
sohor, yakni:
a. Mazhab Hanafi: Didirikan oleh Imam Abu Hanifah, dikenal dengan penekanan pada qiyas (analogi) dan ijtihad.
b. Mazhab Maliki: Didirikan oleh Imam Malik,
sangat menghargai tradisi dan hadis dari penduduk Madinah.
c. Mazhab Syafi'i: Didirikan oleh Imam Al-Syafi'i, diikuti oleh mayoritas umat Islam di Indonesia dan Asia Tenggara, yang mengikuti al-Qur'an, hadis, dan ijma' (konsensus) secara ketat.
d. Mazhab Hambali: Didirikan oleh Imam Ahmad ibn Hanbal, dengan pendekatan yang sangat konservatif dan mengutamakan hadis sebagai sumber hukum utama.
Mazhab itu hasil ijtihad dan istimbath
para ulama sesui dengan zamannya masing-masing. Jadi mazhab
itu hasil karya manusia yang kebenaranya bersifat nisbi, bisa salah bisa benar.
Karena kebenarannya tidak mutlak seperti syariat, maka tidak wajib diikuti, boleh
diikuti boleh tidak.
Bermazhab itu ada dua
pengertian, pertama mengikuti metodologi yang digunakan oleh imam mazhab dan
yang kedua, mengikuti atau mengambil hasil ijtihad para imam mazhab.
Pada zaman sekarang ini sulit
mengikuti ketentuan hukum Islam hanya berpegang pada satu mazhab terutama dalam
hal masalah muamalah duniawiah. Misalnya, dalam hal jual beli, sulit kiranya
mengikuti mazhab Syafii, dimana setiap akad jual beli harus ada ijab kabul,
ijab dari pembeli kabul dari penjual, terutama pada akad jual beli online.
Tidak memilih salah satu mazhab
dalam semua urusan, atau memelih mazhab yang berbeda dalam urusan yang berbeda
untuk menghindari talfiq juga tidak masalah. Bahkan mengikuti beberapa mazhab dalam
satu urusan, misalnya shalat. Baca basmalah dalam shalat jahr dengan dijaherkan
mengikuti Mazhab Syafii, lafaz doa iftitah mengikuti Mazhab Hambali juga
dibolehkan karena larangan talfiq juga bukan dari nash Al Qur’an dan Sunah.
Tidak memilih salah satu mazhab
itu juga pilihan. Bahkan tidak mengikuti
hasil ijtihad 4 mazhab tersebut di atas juga tidak dilarang asal memiliki dalil dari
nash yang shoheh, bahkan qot’i. Misalnya tentang jumlah rakaat tarawih menurut empat
mazhab: Mazhab
Hanafi: 20 rakaat, ditambah 3 rakaat witir. Mazhab
Maliki: Pendapat yang umum: 36 rakaat, ditambah 3 rakaat witir, total
39 rakaat. Pendapat lain: 20 rakaat tanpa witir. Mazhab
Syafi'i: 20 rakaat, ditambah 3 rakaat witir. Mazhab
Hanbali: 20 rakaat, ditambah 3 rakaat witir.
Dalam hal jumlah rakaat taraweh,
Muhammadiyah
dalam hal ini tidak mengikuti 4 mazhab, namun menetapkan shalat tarawih
sebanyak 11 rakaat, yang terdiri dari 8 rakaat tarawih dan 3 rakaat witir.
Jumlah ini didasarkan pada hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh
Aisyah radhiyallahu 'anha. Aisyah RA yang
menyebutkan bahwa Rasulullah SAW melaksanakan qiyamullail di bulan Ramadan
sebanyak 11 rakaat, yaitu 4 rakaat salam, 4 rakaat salam, dan 3 rakaat witir.
وَعَنْهَا ، قَالَتْ
: مَا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – يَزِيْدُ – فِي
رَمَضَانَ وَلاَ فِي غَيْرِهِ – عَلَى إحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً : يُصَلِّي
أرْبَعاً فَلاَ تَسْألْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ، ثُمَّ يُصَلِّي أرْبَعاً
فَلاَ تَسْألْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّي ثَلاثاً. فَقُلتُ:
يَا رسولَ اللهِ ، أتَنَامُ قَبْلَ أنْ تُوتِرَ؟ فَقَالَ: (( يَا عَائِشَة، إنَّ
عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلاَ يَنَامُ قَلْبِي مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
Artinya: Aisyah radhiyallahu ‘anha
berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menambah (baik
dalam bulan Ramadhan dan tidak pula pada bulan Lainnya) dari sebelas rakaat.
Beliau shalat empat rakaat, maka janganlah engkau tanyakan tentang bagus dan
panjangnya rakaat tersebut. Kemudian beliau shalat empat rakaat, maka janganlah
engkau tanyakan bagusnya dan panjangnya rakaat tersebut. Lalu beliau shalat
tiga rakaat. Maka aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, apakah engkau tidur sebelum
engkau melakukan witir?’ Beliau menjawab, ‘Wahai Aisyah, sesungguhnya mataku
tidur tetapi hatiku tidak.’” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari, no. 1147 dan
Muslim, no. 738)
Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan dua formasi
utama: 4-4-3 (empat rakaat sekali salam
tanpa tasyahud awal,
empat rakaat lagi, kemudian witir tiga rakaat
tanpa tasyahud
awal) atau 2-2-2-2-3 (dua rakaat empat kali, ditambah witir satu rakaat tanpa tasyahud awal).
Disamping berdasarkan hadis Aisyah tersebut di atas
juga berdasar penetapan Umar bin Khattab yang melaksanakan shalat tarawih
sebanyak 11 rakaat, dengan Ubay bin Ka'ab sebagai imamnya. Dan Arab Saudi
telah mempraktekkan shalat tarawih 11 rakaat di Masjidil Haram.
Kalau tidak bermazhab itu sesat bagaimana dengan para
shahabat dan umat Islam sebelum lahirnya mazhab, apa mereka sesat? Juga pemerintah Arab Saudi yang melaksanakan
shalat tarawih 11 rakaat serta pembangunan Mina Jadid dan banyak urusan
lainnya.
Wal hasil, karena mazhab itu pilihan dari hasil
ijtihad para imam mazhab, maka diikuti
boleh tidak diikuti juga boleh. Jadi tidak ada dasar syar’i mengharuskan
memilih mazhab dan tidak pula dapat dikatakan sesat orang atau kelompok orang
yang tidak mengikuti mazhab. Jadi sangat sembrono dan arogan yang menetapan
hukum tidak bermazhab itu sesat. Wallahu a’lam bi shawab.

Posting Komentar untuk "TIDAK BERMAZHAB SESAT"