Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

KRITERIA CALON PRESIDEN/WAKIL PRESIDEN INDONESIA TINJAUAN FIKIH


azahri.com ~ Presiden Republik Indonesia sebagai kepala pemerintahan (eksekuitif)  dan sekaligus  kepala negara. Sebagai kepala pemerintahan dalam sistem presidensil, presiden memiliki kewenangan yang luas, termasuk hak prerogratif dalam mengangkat menteri dan pembantunya, bersama legislatif membuat undag-undang. Pendek kata, segala hal yang berhubungan dengan pemerintahan dan pengelolaan negara, termasuk nasib rakyat di tangan   presiden. Disamping itu, sebagai kepala negara, presiden  menjadi simbol dari suatu negara, figur pemersatu bangsa, kebanggaan rakyat yang dipimpin dst.

Presiden Republik Indonesiaاندونيسيا  رئيس الجمهورية   sebagai pemimpin negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam haruslah memenuhi persyarakatan atau kriteria sebagai ulil amri yang wajib ditaati oleh semua warga negara, termasuk kaum muslim, Olehnya, perlu dikemukakan persyaratan/kriteria pemimpin negara menurut kajian fikih siyasah.

1. Harus Muslim

Syarat calon presiden Indonesia harus muslim adalah suatu hal yang wajar karena mayoritas penduduk Indonesia muslim, yakni sekitar 80%. Pemimpin adalah cermin dari rakyat yang dipimpim. Dari sisi  syar’i nashnya jelas:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تَتَّخِذُوا الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَتُرِيدُونَ أَنْ تَجْعَلُوا للهِ  عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا مُبِينًا  [النساء : 144]

  "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mu'min. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)?"

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ الله َ لاَيَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ [المائدة : 51]

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim."

          Keharusan presiden dan wakilnya muslim karena ada kewajiban taat bagi semua rakyat pada pemimpinnya. Firman Allah Swt An Nisa’ ayat 59:

يَاأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَأُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَٰزَعْتُمْ فِى شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا.

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

Makna kata yang perlu digaris bawahi adalah {وَأُولِي الأَمْرِ مِنْكُمْ} adalah para pemimpin dari kalangan kamu (muslim). Bagaimana jika pemimpin itu muslim, namun tidak membela kepentingan Islam, bahkan benci dengan Islam. Apakah masih wajib taat?

2. Harus adil

 Pemimpin itu harus adil. Makna adil itu menempatkan sesuatu pada tempatnya atau memberikan hak kepada yang berhak. Tugas utama   pemimpin itu membela kaum lemah atau yang dilemahkan oleh kekuasaan atau sistem. Allah SWT memerintahk kepada siapa saja berlaku adil.  Surah al-Nahl  ayat  90:

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُون

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.

3. Memiliki Ilmu yang Luas (Fathonah)

Pemimpin itu harus cerdas dan pintar (fathonah). Cerdas itu anugerah Allah Swt, sementara pintar itu hasil belajar. Kecerdasan dan kepintaran sangat dibutuhkan oleh pemimpin agar dapat mengambil keputusan dengan cepat, cermat dan tepat. Sebagaimana ditegaskan dalam Surat Al Baqorah ayat 247 :

وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ الله َ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا قَالُوا أَنَّى يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِنَ الْمَالِ قَالَ إِنَّ الله َاصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ وَالله ُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ وَالله ُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ.

Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu". Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang banyak?" (Nabi mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.

4.  Harus Berani dan Kesatria

Pemimpina harus berani menghadapi tekanan dan serangan darimanapun asalnya,  termasuk tekanan dari oligarki atau pemilik modal. Keberanian diperlukan untuk melindungan rakyat, terutama yang lemah dari kedloliman orang kuat, juga melindungi wilayah negara dan serangan  musuh. Dalil pemimpin harus berani merujuk petunjuk Al Qur’an  surat Al Anfal ayat 15 dan hadis riwayat Imam Ahmad:

 يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡۤا اِذَا لَقِيۡتُمُ الَّذِيۡنَ كَفَرُوۡا زَحۡفًا فَلَا تُوَلُّوۡهُمُ الۡاَدۡبَارَ​.

 "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur)."

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَال َ لَا يَمْنَعَنَّ أَحَدَكُمْ مَخَافَةُ النَّاسِ أَنْ يَتَكَلَّمَ بِحَقٍّ إِذَا عَلِمَهُ

Abu Sa'id al-Khudri meriwayatkan: Nabi SAW bersabda, “Janganlah rasa takut terhadap manusia menghalangi salah seorang di antara kalian untuk berkata jujur, jika dia mengetahuinya. ” . (H.R  Ahmad No. 11869).

5. Amanah (Dapat Dipercaya)

Amanah secara sederhana sering  diartikan dapat dipercaya atau bertanggungjawab terhadap jabatan atau posisi yang diemban. Sikap amanah harus dimiliki oleh semua mukmin, terutama pemimpin/pejabat, hal ini sejalan dengan firman Allah SWT pada Surat an- Nisa ayat 58:

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat”.

6.  Pemimpin Harus Tabligh (Transparan)

 Maksud tabligh disini, bahwa pemimpin harus mampu mensosialisasikan atau mengkomunikasikan semua kebijakannya  kepada rakyat. Tidak boleh sengaja menyembunyikan informasi yang harus diketahui publik menurut aturan perundang-undangan. Atau sengaja memberikan informasi yang tidak benar demi kepentingan penguasa atau sekelompok orang. Hal mana sesuai petunjuk Allah  SWT dalam Al-Qur'an Surah Al Maidah ayat 67, bunyinya:

 يٰٓاَيُّهَا الرَّسُوْلُ بَلِّغْ مَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَّبِّكَ ۗوَاِنْ لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسٰلَتَهٗ ۗوَاللّٰهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْكٰفِرِيْنَ.

Artinya: Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika engkau tidak melakukan (apa yang diperintahkan itu), berarti engkau tidak menyampaikan risalah-Nya. Allah menjaga engkau dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang kafir.

7. Pemimpin Harus Jujur

      Prilaku jujur itu berkata apa adanya, tidak ada apanya. Antara kata dan perbuatan sama, apa yang dikatakan itu yang dilaksanakan. Lawan dari jujur adalah dusta/hoax, yakni apa yang dikatakan tidak sesuai dengan kenyataaan. Pemimpin yang sering bohong akan menimbulkan kekacauan dan kerusakan.

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ، وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta.” (HR. Bukhari dan Muslim)

8. Memiliki Tim Sukses/Partai Berkualitas. 

         Pemimpin negara dalam menjalankan dan mengendalikan pemerintahan maupun tugas-tugas lain perlu pembantu yang tentu akan diangkat dari orang dekat atau orang kepercayaan. Maka ketika masih menjadi colon harus dilihat pula tim suksesnya atau partai yang mmengusung, yakni para personil/individu yang membantu calon pemimpian menggapai kemenagan dalam kontestasi. Hal ini bisa kita pahami dari ungkapan Nabi saw:

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ الله ِ -صلى الله عليه وسلم-  إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِالأَمِيرِ خَيْرًا جَعَلَ لَهُ وَزِيرَ صِدْقٍ إِنْ نَسِىَ ذَكَّرَهُ وَإِنْ ذَكَرَ أَعَانَهُ وَإِذَا أَرَادَ الله ُ بِهِ غَيْرَ ذَلِكَ جَعَلَ لَهُ وَزِيرَ سُوءٍ إِنْ نَسِىَ لَمْ يُذَكِّرْهُ وَإِنْ ذَكَرَ لَمْ يُعِنْهُ. - سنن أبى داود - (9 / 42)

“Dari Aisyah, ia berkata: Rasulullah saw bersabda, “ Apabila Allah menghendaki pemimpin yang baik, maka Allah menjadikan baginya pembantu/staf yang benar, jika dia  lupa, staf itu akan mengingatkanya dan nasehat itu akan bermanfaat baginya. Dan jika Allah menghendaki pemimpin yang tidak baik, Allah menjadikan staf yang jelek, jika dia salah tidak mengingatkan dan bila mengingatkan tidak berguna.

Posting Komentar untuk "KRITERIA CALON PRESIDEN/WAKIL PRESIDEN INDONESIA TINJAUAN FIKIH "