Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

SETIAP REZIM PASTI BERAKHIR

 

                azahri.com - Kekuasaan itu silih berganti, datang dan pergi.  Sekuat apapun rezim bila sudah tiba waktunya pasti tumbang. Di dunia ini tidak ada yang abadi, semua ada awal dan akhirnya. Itulah sunatullah (ketentuan Alllah) yang berlaku ajeg, tanpa  ada perubahan, karena yang abadi adalah perubahan itu sendiri.

                Tengoklah rezim Fir’un yang memiliki  infrastruktur lengkap dan  dikendalikan orang kuat. Raja Fir’un yang kejam dan dholim yang  konon tidak pernah sakit sebagai pucuk pimpinan, dibantu Haman sang  intelektual  teknokrat, disokong dengan Qorun sang konglomerat dan Bal’am bin Ba’ura ulama’ bejat yang mendukung penguasa dholim. Kedatangan Nabi Musa dan Nabi Harun AS. yang diutus oleh Allah Swt.  untuk mengajak Fir’un dan kaki tanganya ke jalan yang benar, ditolak dengan angkuh dan sombong oleh rezim penguasa,  akhirnya mereka ditenggelamkan oleh Allah Swt ke dalam laut.

                Di Nusantara: ada kerajaan Majapahit yang tersohor dengan Raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada, ada Kerajaan Sriwijaya yang terkenal, ada Bung Karno, sang Proklamator, Pemimpin Besar Revolusi dan Presiden seumur hidup dan ada  Pak Harto berkuasa 35 tahun. Mereka semua sudah tiada dan tinggal cerita.

                Demikian pula pemimpin Indonesia di era reformasi  yang masa jabatannya telah dibatasi oleh konstitusi , masa jayanya pasti akan berakhir. Persoalannya adalah, apakah selama mereka memimpin meninggalkan legesi yang baik atau buruk. Kata pepatah, “Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang dan  manusia mati meninggalkan nama”.

                Berakhirnya setiap rezim sudah digariskan oleh Sang Pencipta dan Pengatur Kehidupan. Sebagaimana Firman-Nya:  QS. Al  ‘a’raf : 34 dan Qs. Yunus : 49

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتقْدِمُونَ

Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.

قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي ضَرًّا وَلَا نَفْعًا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ لِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ إِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ فَلَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتقْدِمُونَ

Katakanlah: "Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan dan tidak (pula) kemanfa`atan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah." Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan (nya).

            Allah Swt. sudah  menetapkan perjalanan  sebuah rezim dari awal hingga akhir, baik ada aturan main yang dibuat oleh manusia, maupun tidak ada aturan. Manakala  Allah Swt. sudah menghendaki sebuah rezim berakhir, maka manusia tidak ada yang mampu memajukan atau mengundurkan sesaatpun. Hanya saja, bila ada aturan main yang disepakati  oleh rezim penguasa dan rakyatnya dan aturan itu dipegang teguh oleh rezim yang berkuasa maka pergantian rezim mudah diprediksi.

            Pasca reformasi di negara kita, konstitusi sudah mengatur jabatan presiden, gubernur, bupati/wali kota dan anggota legislatif, masing-masing 5 tahun. Jabatan presiden  dibatasi hanya boleh dipilih maksimal dua kali. Oleh karena itu, bagi yang sedang menjabat tak perlu berupaya untuk memperpanjang masa jabatannya tiga periode dengan dalih apapun. Sementara yang oposisi harus sabar menunggu giliran sampai akhir jabatan, tak perlu memaksakan rezim yang berkuasa turun sebelum waktunya.

            Allah Swt. telah menggariskan bahwa  kekuasaan akan dipergilirkan diantara manusia, sebagaimana firman-Nya pada  Ali Imran : 140

إِن يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِّثْلُهُ وَتِلْكَ الأيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللّهُ الَّذِينَ آمَنُواْ وَيَتَّخِذَ مِنكُمْ شُهَدَاء وَاللّهُ لاَ يُحِبُّ الظَّالِمِينَ ﴿١٤٠﴾

Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.

            Tidak perlu ada keributan dan gonjang-ganjing politik jika semua pihak mematuhi konstitusi. Rezim jangan mengambil kebijakan yang merugikan rakyat banyak dan menguntungkan segelintir orang. Pihak oposisi jangan membuat persepsi yang seolah-olah apa yang dilakukan rezim semua buruk. Masing-masing berlaku adil dan bijak sehingga pergantian rezim berjalan aman dan mulus lewat mekanisme yang telah diatur oleh peraturan perundang-undangan. Salam aman dan damai.

Posting Komentar untuk "SETIAP REZIM PASTI BERAKHIR"