Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

PRO KONTRA BID’AH HASANAH

 

a.zahri.com


1. Pengantar

            Berbicara masalah bid’ah tak lepas dari pro dan kontra di kalangan umat Islam. Bahkan ada yang cepat baper karena merasa tertuduh. Seharusnya umat Islam tak perlu alergi membahas bid’ah karena barang ini ada dan sudah dibahas sejak zaman Nabi Muhammad Saw., para sahabat, tabiin dan tabiut tabiin sampai hari ini.

Pro kontra dalam suatu masalah, apalagi masalah fikih adalah suatu yang wajar. Para imam mujtahid  sebagai bapak fikih telah melahirkan banyak madzab, baik madzab empat yang kesohor, maupun di luar madzahibul arba’ah yang juga banyak pengikutnya, misalnya  madzhab Dhohiri, Auza’i dsb.

Tulisan ini dirangkum dari berbagai pendapat seputar definisi bid’ah, baid’ah menurut sahabat, para imam, para ulama dan pendapat kolektif dari para pakar  yang bergabung dalam sebuah organisasi. Kiranya dengan sumber yang beragam, kesimpulan yang diambil menjadi lebih kuat dan kokoh.

2.  Pembahasan

a.       Pengertian bid’ah (البِدْعَةُ  ج بِدَعٌ )  ) secara bahasa berarti: اَلإِبْدَاعُ إِنْشَاءُ صَنْعَةٍ بِلاَ احْتِذَاءٍ وَاقْتِدَاءٍ menciptakan atau membuat  sesuatu tanpa contoh sebelumnya.  Sesuai fieman Allah swt:

بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَإِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ [البقرة : 117]

Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia mengatakan kepadanya: "Jadilah". Lalu jadilah ia.

b.  Pengertian bid’ah  menurut istilah:

طريقة في الدين مخترعة، تضاهي الشرعية، يقصد بالسلوك عليها ما يقصد بالطريقة الشرعية

Suatu jalan/cara dalam agama yang dibuat-buat, yang menyerupai syari’at (ajaran Islam), dimaksudkan ketika menempuhnya adalah untuk berlebih-lebihan dalam beribadah kepada Allah Ta’ala. (As-Syatiby, Al-I’tishom, Juz 1 Hal 36)

و البدعة ما خالفت الکتاب و السنة أو إجماع سلف الأمة من الإعتقادات و العبادات.

 “Bid’ah adalah sesuatu yang bertentangan dengan kitab (al-Quran), sunnah atau ijma’ dari perihal akidah dan peribadatan (hukum fikih).” ( Ibn Taimiyah, Majmu’ul Fatawa).

Dua definisi bid’ah di atas bila digabung menjadi satu  lebih komprehensif. suatu hal baru dalam akidah dan ibadah yang sengaja dibuat menyerupai syariat dan bertentangan dengan al Qur’an, sunah dan ijma’.

c.  Pembagian Bid’ah

Pendapat  Imam Syafi’i:

اَلْبِدْعَةُ بدعَتَانِ : مَحْمُوْدَةٌ وَمَذْمُوْمَةٌ, فَمَاوَافَقَ السُّنَّةَ مَحْمُوْدَةٌ وَمَاخَالَفَهَا فَهُوَ مَذْمُوْمَةٌ

Bid’ah ada dua, bid’ah terpuji dan bid’ah tercela, bid’ah yang sesuai dengan sunnah itulah yang terpuji dan bid’ah yang bertentangan dengan sunnah itulah yang tercela”.

Pendapat Imam Izzu Abdus Salam:

الإمام العزّ بن عبد السلام البِدعة إلى خمسة أقسام وهي: واجبة، مُحرَّمة، مندوبة، مكروهة، ومُباحة. تدوين علم الفقه، وضع علم النحو لحاجة الناس إليه  فيكون بِدعة واجبة. بِدعةً مُحرَّمةً، ومثاله: مذاهب الفِرق التي جاءت بعد. ، فتكون بِدعةً مندوبةً، ومثال ذلك: إنشاء المدارس والمعاهد. بدعة مكروهة، مثل: زخرفة المساجد، وتزويق. البِدعة المُباحة هي ما دخل في قواعد الإباحة، مثل: والتوسّع في المأكل والمشرب، وما يتعلّق بالمساكن والملابس، والمناسبات العامّة

Imam ‘Izzu  ibn ‘Abdis Salam, membagi bid’ah menjadi lima, yakni wajib , haram, sunah,  makruh dan mubah. Contoh bid’ah wajib: membukukuan ilmu fiqih dan mempelajari ilmu nahwu. Bid’ah haram, membuat kelompok dalam agama (Syiah, Murjiah dll). Bid’ah sunah, membangun madrasah dan pondok pesantren. Bi’ah makruh: mendekorasi masjid dan memperindah shaf dan Bid’ah sunah: menikmati berbagai makanan, pakaian indah dll. 

c. Bid’ah dalam hadits Nabi Saw:


قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ ، وَشَرَّ الأ مُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ (

"Sebaik-baik perkataan adalah kitab Allah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah dan sejelek-jelek perkara (dalam agama) adalah yang diada-adakan. dan setiap bid'ah (yang diada-adakan yang baru) itu sesat”. (HR Muslim)

عَنْ عَائِشَةَ - رضى الله عنها - قَالَتْ قَالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم - مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ . صحيح البخارى - (10 / 17)- صحيح مسلم - (11 / 402)

"Barangsiapa yang membuat (sesuatu yang baru) dalam urusan (agama) kita ini, yang bukan darinya (Al-Qur'an dan Hadits) maka dia adalah tertolak." (HR Bukhari dan Muslim)

أنَّ رَسُولَ اللهِ-صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَنْ عَمِلَ عَمَلا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ » صحيح مسلم - (11 / 403)، .صحيح البخارى - (24 / 162)

Dalam riwayat lain disebutkan: "Barangsiapa yang melakukan amalan yang tidak ada padanya (dasarnya dalam) urusan (agama) kita, maka dia tertolak." (HR Bukhori dan Muslim).

d.  Bid’ah Menurut Para Shahabat:

 Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata :

.اتبَّعِوُا وَلاَ تَبْتَدِعُوا فَقَدْ كُفِيْتُمْ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

.“Berittiba’lah kamu kepada Rasululloh dan janganlah berbuat bid’ah (perkara baru dalam agama), karena sesungguhnya agama ini telah di jadikan cukup buat kalian, dan setiap bid’ah itu adalah kesesatan”. (Dikeluarkan oleh Ibnu Baththah dalam Al Ibaanah, no. 175 (1/327-328) dan Al Laalikaa’iy, no. 104 [1/86]).

Muadz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu berkata :

.فَإِياَّكُمْ وَمَا يُبْتَدَعُ فَإِنَّ مَا ابْتُدِعَ ضَلَالَة

.“Berhati-hatilah kalian dari perkara yang diada-adakan, karena perkara yang diada-adakan (dalam agama) adalah sesat”. (Hilyatul Awliyaa’ [1/233]).

Kasus Zaman Umar:

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدٍ الْقَارِيِّ أَنَّهُ قَالَ خَرَجْتُ مَعَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فِي رَمَضَانَ إِلَى الْمَسْجِدِ فَإِذَا النَّاسُ أَوْزَاعٌ مُتَفَرِّقُونَ يُصَلِّي الرَّجُلُ لِنَفْسِهِ, وَيُصَلِّي الرَّجُلُ فَيُصَلِّي بِصَلَاتِهِ الرَّهْطُ. فَقَالَ عُمَرُ: وَاللَّهِ إِنِّي لَأَرَانِي لَوْ جَمَعْتُ هَؤُلَاءِ عَلَى قَارِئٍ وَاحِدٍ لَكَانَ أَمْثَلَ, فَجَمَعَهُمْ عَلَى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ. قَالَ: ثُمَّ خَرَجْتُ مَعَهُ لَيْلَةً أُخْرَى وَالنَّاسُ يُصَلُّونَ بِصَلَاةِ قَارِئِهِمْ, فَقَالَ عُمَرُ: نِعْمَتِ الْبِدْعَةُ هَذِهِ, وَالَّتِي تَنَامُونَ عَنْهَا أَفْضَلُ مِنْ الَّتِي تَقُومُونَ, يَعْنِي آخِرَ اللَّيْلِ وَكَانَ النَّاسُ يَقُومُونَ أَوَّلَهُ

Dari Abdurrahman bin Abdil Qaary katanya; aku keluar bersama Umar bin Khatthab di bulan Ramadhan menuju masjid (Nabawi). Sesampainya di sana, ternyata orang-orang sedang shalat secara terpencar; ada orang yang shalat sendirian dan ada pula yang menjadi imam bagi sejumlah orang. Maka Umar berkata: “Menurutku kalau mereka kukumpulkan pada satu imam akan lebih baik…” maka ia pun mengumpulkan mereka –dalam satu jama’ah– dengan diimami oleh Ubay bin Ka’ab. Kemudian aku keluar lagi bersamanya di malam yang lain, dan ketika itu orang-orang sedang shalat bersama imam mereka, maka Umar berkata, Sebaik-baik bid’ah adalah ini, akan tetapi saat dimana mereka tidur lebih baik dari pada saat dimana mereka shalat”, maksudnya akhir malam lebih baik untuk shalat karena saat itu mereka shalatnya di awal malam

e.  Bid’ah Menurut Para Ulama dan Ormas/Lembaga

      Syekh Yusuf Qardhawi membagi bid'ah menjadi dua bid'ah haqiqiyah dan Udhofiyah

إن البدعة الحقيقية هي التى لم يدل عليها دليل شرعي لا من كتاب ولا سنة ولا إجماع ولا استدلال معتبر عند أهل العلم لا في الجملة ولا في التفصيل ولذلك سميت بدعة ...

 

Haqiqiyah adalah perkara (baru dalam agama) yang tidak ada dalilnya dari kitab, sunah dan ijma’ , juga tidak ada pengambilan dalil yang terkenal dari ahli ilmu, baik secara global maupun rinci.

وأما البدعة الإضافية فهي التي له شائبتات إحداهما لها من الأدلة متعلق فلا تكون من تلك الجهة بدعة

 

Bid'ah Udhofiyah adalah perkara (baru dalam agama) yang ada dasarnya, namun kaifiyahnya dengan cara sendiri

Bid’ah Menurut Fatwa Majelis Tarjih Muhammadiyah

Bid’ah ialah sesuatu perbuatan atau perkataan yang dipandang sebagai ‘umurut-ta’abbudiy yang baru dan tidak pernah diperintahkan dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw semasa hidupnya. Dengan kata lain bahwa bid’ah adalah perbuatan yang ada konotasinya dengan ‘umurut-ta’abbudiy, tidak ada konotasinya dengan‘umuru ghairut-ta’abbudiy. Semua ‘umurut- ta’abbudiy didasarkan kepada nash-nash yang shahih dan maqbul, dijelaskan macam-macamnya dan cara-cara mengerjakannya. Seperti ibadah shalat, zakat, puasa, haji, dan sebagainya.

Pengertian Ibadah dan Urusan Dunia Menurut Tarjih

اَلْعِباَدَةُ : اَلْعِباَدَةُ هِيَ التَّقَرُّبُ إِلَى الله بِامْتِثاَلِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِناَبِ نَوَاهِيْهِ وَاْلعَمَلِ بِماَ أَذِنَ بِهِ الشَّارِعُ وَهِيَ عَامَّةٌ وَخاَصَّةٌ ، فَاْلعَامَّةُ كُلُّ عَمَلٍ أَذِنَ بِهِ الشَّارِعُ ، وَاْلخاَصَّةُ ماَ حَدَّدَهُ الشَّارِعُ فِيْهاَ بِجُزْئِيَّاتٍ وَهَيْئاَتٍ وَكَيْفِيَّاتٍ مَخْصُوْصَةٍ .

Ibadah ialah bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada allah dengan jalan mentaati segala perintah-Nya, menjauhi larqangan-larangan-Nya dan mengamalkan segala yang diidzinka-Nya. Ibadah itu ada yang umum dan ada yang khusus. Ibadah yang umum ialah segala amalan yang diidzinkan allah. Ibadah yang khusus ialah apa yang telah ditetapkan Allah perincian-perinciannya, tingkah dan cara-caranya yang tertentu.

اَلدُّنْياَ :  اَلْمُراَدُ "بِأَمْرِ الدُّنْياَ" فِيْ قَوْلِهِ صلعم "أَنْتُمْ أَعْلَمُ بِأَمْرِ دُنْياَكُمْ" هُوَ اْلأمُوْرُ الَّتِيْ لَمْ يُبْعَثْ ِلأجلِهِ اْلأنْبِياَءُ .

Dunia: Yang dimaksud “urusan dunia” dalam sabda Rasulullah saw, “Kamu lebih mengerti urusan duniamu” ialah segala perkara yang tidak menjadi tugas diutusnya para Nabi (yaitu perkara-perkara / pekerjaan-pekerjaan / urusan-urusan) yang diserahkan sepenuhnya kepada kebijaksanaan manusia).

 

3.  Kesimpulan

a.      Bid’ah adalah membuat hal baru dalam agama (ibadah mahdhah/ta’budi) yang menyerupai syariat, bertentangan dengan al Qur’an dan  As Sunah  dan dimaksudkan untuk mencari pahala dan ridho Allah Swt.

 

b.      Berdasarkan definisi para ulama tentang bid’ah hasanah/mahmudah dan lima macam jenis bid’ah dan kasus Umar tentang shalat taraweh.  Bila kita cermati dengan melihat contohnya atau peristiwanya tidak membuat hal baru dalam ibadah mahdhoh. Kasus Umar dengan menginisiasi shalat malam sendiri-sendiri menjadi berjamaah, sudah pernah dilakukan di zaman Rasulullah Saw (bukan hal baru). Sementara contoh bid’an hasanah oleh Imam Syafii dan 5 jenis bid’ah oleh Izzu Abd. Salam adalah dalam hal wasilah atau media bukan ibadah mahdhoh atau dalam hal muamalah dunyawiyah. Seperti penulisan mushaf Al Qur’an, belajar nahwu sharaf dll.

 

a.      Oleh karenanya,  bid’ah hasanah adanya hanya dalam hal istilah bahasa, bukan dalam pengertian syar’i. Dalam pengertian syar’i semua bid’ah adalah sesat.  كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

 

b.      Bid’ah dalam syari’at dibagi dua, yaitu bid’ah haqiqiyah, yakni yang tidak ada asalnya sama sekali, sementara  bid’ah idhofiyah ada asalnya atau ketentuan umum, tapi cara, waktu dan jumlahnya di buat sendiri.

 

c.       Contoh bid’ah di Payaman, haqiqiyah: selamatan kematian 7, 40 , 100, 1000 hari dan seterusnya, thowaf dengan membaca Yasin di kuburan Sunan Drajad. Bid’ah idhfiyah: menambah lafaz shalawat dalam adzan, wirit setelah shalat dipimpin oleh imam dengan bacaan keras dll.

 

d.      Sikap ulama dan  umat Islam dalam masalah bid’ah dibagi dua: المضيقون (Al Mudhoyyiquun), orang yang sempit memahami bidah dan  mudah dan cepat membid’ahkan.  الموسعون  (Al-Muwassi’uun), orang yang luas memahami bid’ah dan  hati-hati dalam membidahkan. Walahu ‘alam bi shawab.

 

.

 

 

Posting Komentar untuk "PRO KONTRA BID’AH HASANAH"