MEMURNIKAN NIAT BERHAJI KARENA ALLAH SEMATA
azhari.com ~ Ibadah haji adalah ibadah yang komprehensif, ada unsur jasmaniyah, ruhaniyah dan maliyah (fisik dan jiwa yang sehat serta kemampuan ekonomi), oleh karena itu orang yang melaksanakan ibdah haji harus memiliki fisik dan jiwa yang sehat/prima.
Fisik prima maksudnya sedang tidak sakit, organ-organ tubuh berfungsi dengan normal, asupan gizi cukup. Sehat jiwa/rohani, tentu tidak sedang mengalami gangguan jiwa, bebas dari stress, memiliki motivasi yang tinggi dan ikhlas semata-mata karena Allah Swt. Untuk penguatan rohani perlu suport dari keluarga, sahabat, tetangga dan doa sebanyak mungkin dari kaum muslimin lainnya.
Bagi orang Indonesia ibadah haji merupakan perjalanan panjang dan melelahkan serta banyak menghadapi tantangan dan gangguan secara fisik, berupa iklim dan cuaca yang berbeda dengan Indonesia. Meskipun perjalanan yang melelahkan, namun jika ikhlas karena Allah akan memperoleh kesenangan dan kepuasan batin yang luar biasa. Allah dan Rasul-Nya telah memberikan targhib motivasi kepada umat Islam, antara lain:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ - رضى الله عنه - عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ « لا تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلا إِلَى ثَلاثَةِ مَسَاجِدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ، وَمَسْجِدِ الرَّسُولِ - صلى الله عليه وسلم - وَمَسْجِدِ الأقْصَى » صحيح البخارى - (4 / 491)
Tidak ditekankan perjalanan/bepergian kecuali ke tiga tempat: Masjidil Haram, Masjid Rasul dan Masjidil Aqsha.
Secara bahasa, niat berarti sengaja atau sesuatu yang dimaksudkan atau tujuan dari keinginan: النية هى : قصد الإنسان بقلبه ما يريده بفعله (kehendak hati manusia untuk melakukan apa yang diingnkan) عزم القلب على فعل العبادة تقربا إلى الله تعالى (tekad hati untuk melaksanakan ibadah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Swt)
Niat memiliki posisi penting pada setiap tindakan munusia, terutama dalam ibadah. Ibadah diterima atau tidak di sisi Allah swt. tergantung niatnya. Niat ikhlas semata-mata mengharap ridho Allah itulah yang harus kita upayakan terus menerus tanpa henti.
Sementara ikhlas berasal dari kata khalasha (خلص ) yang maknanya ialah kemurnian, kejernihan, atau hilangnya segala sesuatu yang mengotori. Sehingga secara istilah syara’, ikhlas adalah membersihkan niat dalam beribadah semata-mata hanya karena Allah. Firman Allahy SWT:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ…..
“Dan mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus. (QS. Al Bayyinah: 5)
Ada tiga motivasi (niat) orang melaksanakan ibadah haji:
1. Malu dengan teman atau tetangga yang sudah berhaji.
2. Ingin mendapat status atau gelar Pak/Bu Haji.
3. Semata-mata ikhlas karena Allah swt.
Jika seseorang berhaji karena malu dengan sejawat atau bahkan bawahan yang keadaan ekonominya lebih rendah dari dia, atau malu dengan tetangga yang sudah berhaji, maka ibadah haji yang demikian tak akan mendapat pahala dan ridho Allah Swt. Meskipun demikian, manakala hajinya itu sesuai dengan sebab-akibat sunatullah yang Allah telah tetapkan, maka ia berkesempatan memperoleh manfaat dunianya saja.
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ (15) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia (saja) dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia ini tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat apa yang telah mereka kerjakan di dunia dan sia-sia apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Hud: 15 - 16)
Demikian pula, jika berhaji karena ingin mendapat status atau gelar haji, setali tiga uang dengan yang pertama, tidak akan mendapat pahala akhirat hanya mendapat gelar haji saja dan assesoris keduniaan lainnya.
Berhaji dengan menjadikan ridho Allah sebagai satu-satunya harapan dan penggerak amal yang dikerjakan, itulah niat haji yang benar bagi seorang mukmin. Sesuai firman Allah WT:
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Katakanlah: Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb seluruh alam.” (QS. Al An’aam: 162)
Termasuk pula dalam hal ini ialah mereka yang beribadah haji berharap kenikmatan surga-Nya. Karena Allah SWT pun memerintahkan para hamba-Nya untuk mengejar nikmat-Nya di surga.
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali ‘Imran: 133)
Bagiamana berhaji dengan niat mengharap ridho Allah Swt bercampur dengan tujuan lainnya yang bersifat duniawi? Misalnya: seseorang berhaji dengan maksud mengharap ridho Allah SWT bersamaan dengan keinginan dipanggil haji agar dakwahnya lebih mudah diterima di kalangan orang kaya yang sebagian besar mereka sudah berhaji. Atau dengan niat sambil berdagang untuk mendapat keuntungan yang halal atau sekedar membeli oleh-oleh untuk keluarga dan kenalan agar hubungan silaturahmi lebih akrab, dsb.
Menurut sebagian ulama, niat berhaji yang demikian masih dapat dibenarkan dengan ketentuan tujuan-tujuan lain tersebut tidak boleh menyamai atau bahkan lebih besar daripada niat karena Allah.. Berhaji dengan niat bercampur seperti ini pahala yang didapat tidak sebesar mereka yang berhaji murni ingin menggapai ridha Allah Swt. Hal demikian disandarkan pada firman Allah Swt:
لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَنْ تَبْتَغُوا فَضْلًا مِنْ رَبِّكُمْ فَإِذَا أَفَضْتُمْ مِنْ عَرَفَاتٍ فَاذْكُرُوا اللَّهَ عِنْدَ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ وَاذْكُرُوهُ كَمَا هَدَاكُمْ وَإِنْ كُنْتُمْ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ الضَّالِّينَ.
“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy’aril haram. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu. (QS. Al Baqarah: 198)
Sesungguhnya setiap ibadah yang Allah SWT perintahkan, memiliki manfaat dunia dan akhirat. Namun akan lebih baik jika manfaat duniawi tersebut cukup dijadikan sebagai faktor tambahan untuk penguat semangat, dan tidak menjadi sebab utama dalam beribadah.
Berbeda jika niat untuk mencari ridho Allah yang bercampur dengan keinginan lain yang bersifat duniawi semata, tidak ada nilai kebaikannya. Misalnya orang yang berhsji dengan harapan ridho Allah dan juga keinginan untuk dipuji orang lain (riya dan sum’ah). Hal demikian ini terlarang, niat yang bercampur dengan riya akan membatalkan pahala dari amal tersebut.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لَا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). (QS. Al Baqarah: 264)
Beribadah, termasuk berhaji dengan niat ikhlas karena Allah Swt itu memang berat, namun harus tetap kita perjuangkan dari awal, kita pelihara saat pelaksanaannya sampai akhir. Bila kita sukses mengawal niat dari awal hingga akhir, maka insya Allah kita akan memperoleh haji mabrur, tidak hanya sekedar makbul. Wallhu a’lam bi shawab.
Posting Komentar untuk "MEMURNIKAN NIAT BERHAJI KARENA ALLAH SEMATA"